|
MEDAN (Media): Sekitar 500 rumah di Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medam Maimun, Medan, Sumatra Utara (Sumut), kemarin, terendam banjir setinggi 1,5 meter akibat meluapnya Sungai Deli. Selain merendam rumah penduduk, banjir juga menggenangi dua sekolah dasar (SD) sehingga kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut diliburkan. Sedangkan penduduk yang rumahnya terendam sempat mengungsi ke pinggir Jl Brigjen Katamso yang posisinya lebih tinggi. Sungai tersebut mulai meluap sekitar pukul 02.00 WIB. Air baru surut empat jam kemudian, atau pukul 06.00. Sampai kemarin sore warga yang rumahnya terendam masih sibuk membersihkan lumpur dan sampah yang terbawa banjir di rumah masing-masing. Menurut warga, sejak Desember 2005 hingga kemarin wilayah ini sudah enam kali terkena banjir akibat hujan di bagian hulu sungai. ''Kawasan ini sering dilanda banjir. Kali ini termasuk banjir yang terbesar,'' kata Ani, 56, salah seorang penduduk yang rumahnya berdekatan dengan SD Negeri 067092 dan SD Negeri 060788. Lurah Sei Mati Ahmaddin Harahap mengatakan 500 rumah yang terendam tersebar di empat lingkungan, yakni lingkungan VII, lingkungan VIII, lingkungan IX, dan lingkungan XII. Tetapi dia menyatakan, selama dua tahun menjabat lurah di wilayah tersebut baru terjadi empat kali banjir. Untuk mengantisipasi penyakit akibat banjir seperti gatal-gatal dan diare, Kelurahan Sei Mati menyediakan pos pelayanan kesehatan. ''Saat ini belum ada warga korban banjir yang berobat ke sini. Biasanya setelah beberapa hari baru ramai,'' ujar Ahmaddin. Selain itu, kelurahan juga menyediakan bantuan makanan berupa mi instan. Tanaman padi Di Sumatra Selatan (Sumsel), ribuan hektare (ha) areal tanaman padi milik petani di Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Ogan Komering Ulu terendam banjir. Para petani dipastikan gagal panen karena tanaman padi yang baru berumur tiga bulan itu mulai membusuk. Di Kabupaten Ogan Komering Ilir tanaman padi yang terendam antara lain berada di Kecamatan Lempuing akibat meluapnya Sungai Ogan setelah wilayah itu diguyur hujan sejam memasuki minggu kedua bulan ini. Sedangkan di Ogan Komering Ulu yang terkena banjir wilayah Kecamatan Belintang. Di Lempuing, banjir setinggi 50 sentimeter (cm) juga merendam rumah penduduk di enam desa, namun warga masih bertahan di rumah masing-masing meski telah terkepung air. Untuk aktivitas sehari-hari warga harus menggunakan perahu kecil sebagai alat transportasi. Keenam desa yang dilanda banjir adalah Desa Burnai I, Burnai II, Cahaya Maju, Kepahyang, Sumber Agung, dan Desa Sungai Belida. Banjir juga merendam sekitar 170 ha tanaman padi di Kabupaten Bandung, Jawa Barat (Jabar), setelah hujan deras terus mengguyur sebagian wilayah tersebut. Meski belum ada areal tanaman padi yang gagal panen, dikhawatirkan tanaman padi yang baru berumur antara 20 sampai 30 hari itu akan membusuk. Tanaman padi yang terkena banjir tersebut terletak di Kecamatan Solokan Jeruk, Majalaya, dan di Kecamatan Rancaekek. Sementara itu, di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah (Jateng), sebanyak 37 desa terancam banjir karena 11 dari 86 sungai yang melintasi wilayah tersebut berpotensi meluap pada musim hujan kali ini. Dari catatan Media, hingga pekan ini ratusan ha tanaman padi pada 16 desa di Klaten dilanda banjir. Keenam belas desa itu antara lain terletak di Kecamatan Gantiwarno, Cawas, dan Kecamatan Karangdowo. Dari Kupang dilaporkan, sekitar 1.500 ha tanaman jagung di Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) diterjang banjir. Dari tanaman seluas itu, 2.732 ha di antaranya mengalami rusak parah. Menurut Camat Malaka Barat Remigius Asa ketika dihubungi Media, kemarin, selain merusak tanaman jagung banjir yang terjadi sejak empat hari lalu akibat meluapnya Sungai Benanain juga menyebabkan sumur milik penduduk tercemar air kotor. ''Saat ini warga mengambil air minum di sumur lainnya yang tidak terkontaminasi air banjir, yaitu di desa-desa yang letaknya jauh dari Sungai Benanain,'' ujar Remigius. Di Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur, dua jembatan ambrol akibat diterjang luang sungai. Kedua jembatan tersebut masing-masing Jembatan Semadjid di Kecamatan Kota dan Jembatan Plakpak di Kecamatan Pegantenan. Akibat ambrolnya jembatan tersebut, kegiatan perekonomian masyarakat sekitar terhambat karena jembatan hanya bisa dilintasi pejalan kaki. Di Makassar, Kepala Subbidang Pelayanan Jasa Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Wilayah IV Makassar Hanafi Hamsah membenarkan di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel) terdapat daerah rawan banjir dan longsor. Dia mengatakan itu terkait peringatan dini BGG Pusat di Jakarta beberapa hari lalu. Menurutnya, di wilayah pantai barat Sulsel memang terjadi hujan lebat dan angin kencang. Karena itu, pada puncak musim hujan di daerah tersebut diperkirakan gelombang laut bisa mencapai ketinggian dua meter. (KN/YN/AY/EM/JS/PO/LN/MG/N-1) Post Date : 13 Januari 2006 |