|
BANDUNG, (PR). Ketika Pemkab Bandung berpesta merayakan HUT ke-365 Kab. Bandung, Kamis (20/4), pada waktu yang sama, rumah ribuan warga Kab. Bandung kebanjiran. Banjir musiman yang menimpa warga di Kec. Baleendah dan Dayeuhkolot itu disebabkan meluapnya Sungai Cisangkuy dan Sungai Citarum. Di Baleendah, banjir terparah terjadi di Desa Andir. Ketinggian bervariasi dari 40-120 cm. Berdasarkan catatan aparat Desa Andir, dari 13 RW yang ada, hanya 5 RW yang tidak kebanjiran yaitu RW 4, 5, 8, 11, dan 12. RW yang paling parah kena banjir ialah RW13, 7, dan 9. Korban luka atau jiwa tidak ada, tapi jumlah kepala keluarga yang menjadi korban banjir ialah 1.327 KK dan 3.660 jiwa, tutur Atjeng Sulaeman, Sekretaris Desa Andir kepada PR, di kantor desa. Dari hasil pendataan sementara oleh aparat Desa Andir, tercatat 1.108 rumah, 11 masjid, 5 hektare sawah, dan 2 gedung sekolah dasar (SD) terendam. Atjeng mengatakan, untuk Desa Andir, sumber banjir berasal dari Sungai Cisangkuy dan Citarum. Desa ini tempat pertemuan dua sungai besar, ucapnya. Menurut Mila (23), warga Kp. Cigosol Desa Andir, air mulai merambah ke rumah warga sekira pukul 2.30 WIB. Jam lima subuh, air tambah naik sampai lutut dan masuk rumah. Jam tujuh, air sudah setinggi paha, katanya. Daerah terparah berada di Kp. Ciputat dan Cibadak. Di Desa Ciputat, ketinggian air mencapai 1 meter lebih. Kami harus mengevakuasi 10 kepala keluarga yang rumahnya terendam air 1,2 meter, tutur Uun Tarliana dari Satkorlak Desa Andir. Evakuasi warga menggunakan perahu karet yang memang tersedia. Mereka pindah ke rumah keluarganya seperti ke Bojong Asih, Dayeuhkolot, dan lainnya, kataUun. Banjir menyebabkan aktivitas belajar mengajar di SD 1 dan 3 Andir, berhenti. Kepala sekolah meliburkan para siswanya. Selain di Desa Andir, banjir juga terjadi di Desa Baleendah. Lebih dari 1.000 rumah terendam banjir dengan kedalaman 40-80 cm. Sebuah SD, yaitu SDN Mekarsari tak luput dari luapan banjir. Sekolah pun diliburkan. Namun, banjir di Desa Baleendah itu tak mengurungkan niat sepasang pengantin untuk menggelar pestanya. Hanya, para tamu yang datang mesti menyingsingkan celana atau roknya agar tidak basah terkena air. Nani (47), warga Desa Baleendah, mengaku pasrah dengan peristiwa itu. Ini mah masih mending. Tahun kemarin mah sampai hampir 1,5 meter. Udah biasa. Bade kumaha deui? Mau dijual da moal laku. Mau minta bantuan ke pemda da moal mungkin. Pejabatna ge hare-hare, tuturnya. Dayeuhkolot Di Dayeuhkolot, daerah terparah yang terendam banjir ialah di Desa Bojong Citepus. Akses jalan menuju ke Bojong Citepus pun tertutup karena jalan terendam banjir hingga ketinggian 80 cm. Daerah lain yang terendam banjir ialah Desa Dayeuhkolot, meliputi 8 RW, dengan korban 148 rumah, 250 KK, 515 jiwa dan ketinggian air 25-100 cm. Di Desa Pasawahan, banjir merendam 4 RW dengan 89 rumah, 3 mesjid, 409 KK, 613 jiwa, dan ketinggian air 1-1,5 m. Lima RW di Desa Cangkuang Wetan juga diterjang banjir yang meliputi 627 rumah, 936 KK, 2.853 jiwa dengan ketinggian air 1-1,5 m. Berdasarkan pemantauan PR, banjir di Baleendah dan Dayeuhkolot mulai menyusut menjelang pukul 14.00 WIB. Namun, permukaan air kembali naik setelah turun hujan deras sejak pukul 15.00 WIB. (A-128) Post Date : 21 April 2006 |