SUNGAI Cisadane di wilayah Tangerang diduga kuat tercemar bakteri Escherichia Coli (E. Coli). Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Tangerang mengklaim, kandungan bakteri E. Coli berasal dari tinja masyarakat sekitar, selain limbah rumah tangga dan limbah pabrik. Bahkan, tinja peternakan hewan juga salah satu penyebab utama merebaknya pencemaran bakteri E. Coli di Sungai Cisadane.
Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian Lingkungan (Wasdal) BLHD Kabupaten Tangerang, Budiman, mengatakan, bakteri E. Coli merusak kadar kualitas air sungai dan air bawah tanah Sungai Cisadane. "Secara teoretis kami memprediksi Sungai Cisadane tercemar berat bakteri E. Coli. Bakteri E. Coli berasal dari tinja yang dibuang masyarakat yang menempati sekitar tepian Sungai Cisadane," kata Budiman kepada Jurnal Nasional, Rabu (8/6).
Dikatakan, pencemaran bakteri E. Coli di Sungai Cisadane sulit dikontrol. Sebab, masyarakat Tangerang biasa memanfaatkan sungai sebagai penampung kotoran. Penduduk sekitar menggunakan Sungai Cisadane sebagai lokasi untuk buang hajat. Adanya bakteri E. Coli adalah akibat dari aulah masyarakat sendiri, sebab tidak tersedia fasilitas MCK. Bahkan, aliran anak Sungai Cisadane yang menjadi lokasi pembuangan tinja masyarakat juga bermuara di induk Sungai Cisadane.
Sungai Cisadane melewati tiga wilayah di Tangerang. Mulai dari wilayah Kota Tangerang Selatan, lalu mengalir di Kota Tangerang, kemudian bermuara di Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang. Tentu, penumpukan bakteri E. Coli lebih parah di wilayah Kabupaten Tangerang karena terpusat di Kecamatan Teluknaga sebagai perlintasan terakhir.
Budiman lebih jauh mengatakan, BLHD Kabupaten Tangerang --meski belum punya data tahun 2011-- menegaskan, Sungai Cisadane sudah tercemar berat bakteri E. Coli. Berdasarkan hasil pemeriksaan air Sungai Cisadane, sungai itu juga tercemar berat limbah rumah tangga dan limbah pabrik.
Tentu, potensi terjadinya kontaminasi antarberbagai jenis bakteri akan semakin membayakan Sungai Cisadane. Sebab, bakteri E. Coli telah tercampur dengan limbah pabrik. Sedangkan limbah rumah tangga mengental di dasar air Sungai Cisadane. "Tentu, bakteri E. Coli yang telah terkontaminasi limbah lain sangat berbahaya saat masyarakat mengonsumsi air minum tersebut secara langsung tanpa dimasak," kata Budiman.
Budiman mengatakan, tidak cuma limbah tinja dari masyarakat, limbah tinja peternakan hewan dari Rumah Potong Hewan (RPH) di sejumlah titik dekat Sungai Cisadane juga menjadi penyebab. Antara lain: limbah tinja peternakan sapi, babi, dan ayam para peternak yang dibuang langsung ke Sungai Cisadane. Hal ini tentu menambah terjadinya perkembangan bakteri E. Coli pada aliran dan dasar Sungai Cisadane.
Jika air itu dikonsumsi oleh masyarakat tanpa dimasak, tentu akan berdampak pada sistem pencernaan. Maka itu, pihaknya berharap Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tangerang melakukan pengawasan terhadap RPH yang membuang limbah tinja hewan-hewan ternak ke Sungai Cisadane.
Budiman mengatakan, selain tercemar berat bakteri E. Coli, Sungai Cisadane yang melewati wilayah Kabupaten Tangerang juga terkontaminasi 60 persen limbah rumah tangga. Sedangkan 40 persennya merupakan limbah pabrik di mana terdapat 350 perusahaan yang menghasilkan limbah cair. Dari jumlah ribuan industri di Kabupaten Tangerang, sekitar 80 persen telah memiliki Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Sementara 20 persen perusahaan di wilayah tersebut belum memiliki IPAL.
Pencemaran Ringan
Sementara itu Kabid Wasdal BLHD Kota Tangerang Selatan dr Elen mengatakan, pencemaran bakteri E. Coli di Sungai Cisadane yang alirannya melewati batas wilayah Kota Tangsel masih dikategorikan pencemaran ringan. Dari hasil penelitian Juli 2010, tepatnya di dua lokasi --Desa Kranggan dan Cihuni --ditemukan: pada aliran Sungai Cisadane ada pencemaran bakteri E. Coli ringan.
Warga sekitar umumnya memang membuang tinja dan kotoran hewan ke Sungai Cisadane. Namun, menurut Elen, pencemaran bakteri E. Coli belum begitu nyata berdampak pada kesehatan masyarakat di tepian Sungai Cisadane. Sebab, mereka umumnya tidak mengonsumi air langsung dari aliran air Sungai Cisadane.
Air Sungai Cisadane biasanya digunakan warga hanya untuk mencuci, mandi, cuci kakus (MCK), serta untuk kebutuhan bercocok tanam. Namun, jika air itu digunakan untuk mandi, bisa saja akan memunculkan terjadinya penyakit bagi masyarakat, khususnya yang tinggal di sekitar Sungai Cisadane.
"Tanpa MCK, warga membuang tinja ke sungai. Kotoran hewan ternak juga disebar ke sungai. Akibatnya, muncullah bakteri E. Coli," kata Elen kepada Jurnal Nasional, Rabu (8/6). Sabaruddin
Post Date : 09 Juni 2011
|