|
BANDUNG, (PR).- Sedikitnya delapan ratus rumah di Kec. Bandung Wetan dan Sumur Bandung, Kota Bandung tergenang banjir akibat meluapnya Sungai Cikapundung, Rabu (25/3) malam. Banjir yang disertai lumpur itu memaksa sedikitnya 2.000 kepala keluarga di daerah itu mengungsi ke tempat yang lebih aman. Berdasarkan keterangan warga, air mulai naik sekitar pukul 16.30 WIB. Padahal, hujan tidak sedang mengguyur daerah itu. Namun, air yang mengalir di Sungai Cikapundung semakin deras dan meninggi. Secara perlahan, air mulai memasuki wilayah permukiman warga. "Tadi saat air naik, di sini tidak sedang hujan. Tapi, mungkin di daerah atas sedang hujan besar sehingga airnya cukup banyak dan deras. Ini banjir kiriman dari atas," ujar Popon (55), warga RT 6 RW 18, Kel. Tamansari, Kec. Bandung Wetan. Hal senada dikatakan Pedris, Ketua RT 6 RW 8 Kel. Braga, Kec. Sumur Bandung. Menurut dia, air di permukaan Sungai Cikapundung di sekitar Braga mulai naik pukul 17.00 WIB. Air sungai pun kian deras dan meninggi. Sejumlah rumah warga tergenang melalui selokan dan gorong-gorong pembuangan air. Sekitar pukul 18.30 WIB, ketinggian air di badan sungai mencapai tiga meter. Tinggi muka air mencapai tinggi benteng beton yang melindungi permukiman dari sungai. Namun, karena air sungai juga masuk melalui selokan, permukiman warga pun tergenang hingga 1,6 meter. Sekitar pukul 20.00 WIB, sebagian benteng di RT 6 RW 8 Kel. Braga roboh ke arah sungai karena derasnya terjangan air dari permukiman warga. "Saat itu, air di sungai mulai surut. Namun, air di permukiman warga masih tinggi. Tiba-tiba benteng roboh ke arah sungai," ujar Pedris yang ditemui di sekitar rumahnya, Kamis (26/3). Air genangan mulai surut pada pukul 21.00 WIB. Banjir itu menyisakan endapan lumpur hingga ketinggian 40 cm. Warga bekerja sama dengan petugas Dinas Pemadam Kebakaran Kota Bandung hingga pukul 4.00 WIB, endapan lumpur dapat dibersihkan. Sejumlah warga mengaku, daerah Kel. Braga kerap diterjang banjir saat musim hujan. Namun, biasanya ketinggian air hanya 30-50 cm. Namun, sejak dua tahun terakhir, intensitas banjir lebih tinggi dan lebih parah hingga 1,6 meter. Telan korban Selain menggenangi ratusan rumah, meluapnya Sungai Cikapundung, juga menelan korban jiwa. Sonson (23) warga Kel. Pasirluyu Kec. Regol tewas tersengat listrik. Salah seorang warga mengungkapkan, Sonson tersengat listrik ketika sedang berusaha mengevakuasi barang-barang milik orang tuanya yang terendam banjir. "Saat itu, tinggi air mencapai 80 cm. Karena arus yang terlalu deras, kabel yang ditopang kayu putus dan jatuh di sekitar Sonson," ujar seorang warga. Relokasi Peristiwa banjir di sepanjang Sungai Cikapundung itu mendapat tanggapan Wali Kota Bandung Dada Rosada. Ia mengatakan, pemkot tengah menginventarisasi kerugian serta kebutuhan warga. Termasuk, permasalahan apa saja yang menjadi penyebab banjir. "Kita cari akar permasalahannya. Untuk sementara, kita lakukan penanggulangan banjir secara darurat. Kalau melakukan sesuatu pada musim hujan agak susah juga. Dalam waktu dekat, kita akan membangun lagi benteng jebol ini dan juga normalisasi," ujarnya. Dada mengatakan, pemkot tengah berencana merelokasi warga yang tinggal di sepanjang bantaran Cikapundung ke tempat yang lebih aman. Salah satunya, dengan memundurkan batas permukiman warga agar tidak terlalu dekat ke bibir sungai. "Idealnya, ada jarak antara rumah dan sungai, tak seperti sekarang. Namun, hal itu harus dibicarakan lebih lanjut dengan warga," ujar Dada. Ia melakukan peninjauan langsung ke lokasi banjir di Braga, Kamis (26/3). Sementara itu, anggota DPRD Kota Bandung, Tedy Rusmawan menilai Pemkot Bandung tidak belajar dari banjir tahun lalu. Sehingga, sama sekali tidak ada antisipasi yang dilakukan pada tahun ini dan warga tetap menjadi korban. "Banjir ini harus dicari akar permasalahannya karena air yang datang berasal dari kawasan utara," kata Tedy. (A-188) Post Date : 27 Maret 2009 |