|
[KUPANG] Kecemasan warga masyarakat beberapa desa di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang bermukim di hilir Sungai Benanain akhirnya menjadi kenyataan. Pasalnya, sungai tersebut tidak lagi mampu menampung banjir kiriman dari beberapa sungai kecil di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dan Timor Tengah Utara (TTU). Bupati Belu, Joachim Lopez ketika dihubungi SP per telepon selularnya, Selasa (19/2) pagi mengatakan, banjir kiriman menyebabkan Sungai Benanain meluap dan mulai menggenangi wilayah Desa Lasaen sejak Minggu (17/2) dini hari. Warga masih bertahan ketika ketinggian air antara 0,5-1 meter. Namun akhirnya mereka terpaksa mengungsi saat ketinggian air meningkat hingga 1,5 meter. Dikatakan, warga yang menjalin koordinasi dengan perangkat desa dan kecamatan, akhirnya memutuskan untuk mengungsi ke kantor camat yang berada di ketinggian. Untuk sementara warga yang berjumlah 274 jiwa itu ditampung di aula kantor yang cukup luas. Ia mengaku telah mengunjungi para korban banjir dengan membawa bantuan darurat berupa satu ton beras, sejumlah karton ikan kaleng serta mi instan. Kepala Cabang PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan Kupang, La Unru mengatakan, kapal feri yang ada sudah 12 hari tidak dioperasikan akibat cuaca buruk di perairan NTT. Bahkan, enam kapal feri yang ada tidak dapat sandar di Dermaga Bolok karena gelombang besar dan terpaksa lego jangkar di sekitar Pantai Hansisi, Pulau Semau untuk berlindung. Dikatakan, enam kapal feri tersebut dalam situasi normal dapat menghasilkan Rp 100 juta per hari dalam melayani beberapa rute penyeberangan di NTT dengan basis di Pelabuhan Penyeberangan di Bolok, Kupang. Kerugian akibat tidak beroperasinya enam kapal itu diperkirakan sebesar Rp 1 miliar. Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika Kleas II El Tari Kupang, Albertus Kusbagio mengatakan, badai Nicholas masih mengancam wilayah NTT karena ternyata pergerakan badai berbalik ke arah barat dan kini berada di selatan Pulau Bali. [120] Post Date : 19 Februari 2008 |