|
Jambi, Kompas - Banjir besar akibat meluapnya air Sungai Batanghari dan Sungai Batang Tembesi saat ini semakin mengancam penduduk di desa-desa sepanjang daerah aliran sungai di Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, dan Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. Luapan air Sungai Batanghari ketika musim hujan berlangsung hampir satu bulan terakhir. Dalam tiga hari terakhir, permukaan air sungai naik sekitar 30 sentimeter per hari. Sementara hujan lebat turun secara merata hampir setiap hari. Belasan ribu hektar lahan pertanian yang ditanami palawija, sayuran, dan padi di kota dan dua kabupaten itu sudah terendam. Meskipun ancaman banjir sudah di hadapan mata, belum terlihat adanya aktivitas masyarakat dan pemerintah daerah mempersiapkan diri menghadapi banjir. Menurut pengamatan Kompas, Selasa (14/12), di Kota Jambi, seperti di Kelurahan Penyengat Rendah, Teluk Kenali, Kecamatan Telanaipura, dan Sejenjang, Kecamatan Jambi Selatan, serta di Kecamatan Danau Teluk dan Pelayangan, sebagian besar lahan pekarangan dan pertanian sudah terendam banjir dengan ketinggian 50- 100 sentimeter. Puluhan penduduk tampak memanen tanaman singkong dan jagung yang masih belum saatnya panen, dari lahan yang sudah terendam. Daerah pertanian yang sudah terendam sebagian besar berada di Kecamatan Maro Sebo, Kumpeh Ulu, dan Kumpeh Ilir, Kabupaten Muaro Jambi. Sebagian dari kawasan yang terendam itu berisi tanaman sayuran, palawija, dan bumbu- bumbuan seperti kunyit, srei, laos, dan jahe. "Sebagian besar tanaman saya sudah dipanen," ujar Ali (42), seorang petani di Desa Teluk Jambu, Kecamatan Maro Sebo. Di Desa Mekar Sari, Kecamatan Kumpeh Ilir, Kabupaten Muaro Jambi, sedikitnya 250 hektar tanaman padi berusia antara 15-45 hari mulai terendam. "Luapan air Sungai Batanghari sejak tiga hari lalu mulai menggenangi lahan sawah. Sesungguhnya, masyarakat di Desa Mekar Sari ini dan desa-desa sekitar sudah tahu bahwa pada Desember hingga Februari setiap tahun Sungai Batanghari meluap dan lahan pertanian terendam," kata Suyanto (37), penduduk Mekarsari. Sementara itu, di Kota Jambi dan Kabupaten Muaro Jambi, permukaan air Sungai Batanghari pada Selasa kemarin sudah mencapai 13,5 meter di atas permukaan laut. Tinggal satu meter lagi, angka itu akan menyentuh ketinggian pada waktu puncak banjir rata-rata tahunan. Kota Serang terendam Sementara itu, sejumlah ruas jalan dan permukiman warga di Kota Serang, Banten, tergenang banjir setelah diguyur hujan selama satu jam. Selain mengakibatkan kemacetan lalu lintas, banjir juga merendam beberapa rumah warga dengan ketinggian air sekitar satu hingga 1,5 meter. Berdasarkan pemantauan Kompas, Selasa kemarin, beberapa lokasi yang tergenang itu, antara lain, kompleks Ciceri Indah, Kampung Ciceri Jaya, Kelurahan Sumurpecung, Kelurahan Kaligandu, sebagian kawasan Royal, perempatan Warung Pojok, dan sebagainya. Banjir disebabkan buruknya saluran pembuangan air di kawasan perkotaan. Di Kampung Ciceri Jaya, sedikitnya delapan rumah warga terendam air dengan ketinggian sekitar satu meter. Air menerobos hingga ke dalam rumah warga, terutama yang berlokasi di dataran lebih rendah. Beberapa warga mengaku tidak sempat menyelamatkan perabotan rumah tangganya karena banjir datang secara tiba-tiba. Kasim (49), warga RT 1 RW 7, Kampung Sumurpecung, mengatakan, sudah empat tahun terakhir kampungnya selalu dilanda banjir setiap kali turun hujan deras. Hal itu terjadi setelah sebuah hotel dibangun tidak jauh dari kawasan permukiman tersebut. "Sebelum ada bangunan hotel, warga sini tidak pernah kebanjiran karena genangan air langsung terbuang ke sawah. Tapi, sekarang sini selalu banjir karena saluran tersumbat," katanya. Hal serupa juga terjadi di kompleks Ciceri Indah. Akibat lokasinya yang lebih rendah daripada saluran air di pinggir jalan Cijawa, kompleks permukiman tersebut juga tergenang. (nat/sam) Post Date : 15 Desember 2004 |