|
MUARA TEWEH - Ribuan rumah penduduk yang bermukim di kiri kanan Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito Kalimantan Tengah dilanda banjir hingga mencapai dua meter lebih akibat meluapnya sungai tersebut. Akibatnya warga terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman dengan membuat tenda penampungan darurat. Koresponden Pembaruan dari Muara Teweh, ibu kota Kabupaten Barito Utara, Rabu (5/1) melaporkan, selain menenggelamkan rumah-rumah warga, banjir juga menghancurleburkan puluhan hektare padi yang mulai menguning, seperti yang terdapat di Desa Benao, Kecamatan Lahei, tidak kurang 19 hektare padi ladang siap dipanen tidak bisa diselamatkan. Di Muara Teweh, warga yang bermukim hingga 50 meter dari pinggiran DAS Barito terpaksa mengungsi ke rumah warga yang berada di daerah bebas banjir. Pasar Pendopo yang selama ini sebagai pusat transaksi kebutuhan pokok terpaksa ditutup. Untuk memenuhi kebutuhan warga, para pedagang membuka pasar darurat di Jalan Anim yang lokasinya agak tinggi dan belum terjangkau banjir. Mansyah (43), warga setempat mengatakan, mereka tidak berani bertahan di rumahnya karena air belum menunjukkan tanda surut, padahal kini kedalaman di depan rumahnya sudah mencapai 2 meter lebih, ditambah lagi arusnya sangat kuat. Bupati Barito Utara, Ir Achmad Yuliansyah mengatakan, banjir semacam ini sebenarnya merupakan peristiwa rutin bagi warga di di kabupaten itu, khususnya bagi warga yang bermukim di pinggiran DAS Barito. "Hanya saja, debit air ada kecenderungan semakin tinggi dibanding banjir-banjir sebelumnya membuat warga menjadi panik, dan terpaksa mengungsi," ujar Bupati. Kedatangan banjir tidak seperti banjir bandang di Jawa atau air bah, namun naiknya perlahan-lahan sehingga ada kesempatan bagi warga mempersiapkan diri mengungsi dan menyelamatkan barang-barang berharga miliknya. Menjelang akhir tahun 2004, kata Bupati, terjadi hujan lebat terus menerus. Hujan tidak henti-hentinya itu ditambah air kiriman dari bagian hulu membuat debit air naik. Banjir kali ini merupakan yang terdalam dibanding sejarah luapan air di daerah Barito Utara. Sementara itu, H Sahruddin (61) warga kota Muara Teweh dalam percakapan dengan Pembaruan mengatakan, perubahan perilaku alam di daerah ini ada hubungannya dengan kegiatan penebangan kayu liar (illegal logging) yang semakin tidak terkendali di bagian hulu DAS Barito. "Dulu tidak pernah banjir setinggi ini. Coba sekarang hujan beberapa hari saja Sungai Barito meluap tinggi. Begitu juga pada musim kemarau, sungai yang biasanya dijadikan sarana transportasi tiba-tiba kering kerontang hingga tidak bisa dilewati oleh perahu", katanya. Tokoh masyarakat Barito Utara itu mendukung tindakan tegas penertiban illegal logging. Kegiatan ilegal logging hanya membuat kaya para cukong saja, sementara warga sekitar yang dijadikan kambing hitam karena melakukan penebangan di hutan tetap melarat. "Bukti, hutan di kawasan DAS Barito nyaris gundul, warga yang tinggal di sekitarnya malah semakin miskin. Malah menerima akibatnya, menjadi korban banjir dan kekeringan saat kemarau," tandasnya. Enam Kabupaten Dari Pontianak dilaporkan, sejak awal tahun 2005 ini beberapa wilayah kabupaten di Kalimantan Barat (Kalbar) dilanda banjir. Akibat banjir itu beberapa rumah dilaporkan hanyut, dan jembatan rusak, serta mengakibatkan terjadinya pengungsian. Informasi yang diperoleh Pembaruan, Rabu (5/1) menyebutkan ada enam kabupaten yang terkena banjir yaitu Kabupaten Sintang, Pontianak, Singkawang, Bengkayang. Landak, dan Melawi. Akibat banjir di Kabupaten Bengkayang ada tujuh jembatan yang rusak, empat rumah terendam dan mengakibatkan pengungsian warga. Di Sambas dan Singkawang Gedung SLTP PGRI Sungai Raya, Puskesmas Sungai Raya terendam banjir, begitu juga kebun jeruk seluas 50 hektar dan persawahan sekitar 15 hektar terendam. Sementara di Kabupaten Sintang Gedung SDN 23 terendam, jalan negara Sintang Putusibau putus, sedangkan di Kabupaten Landak dilaporkan delapan rumah hanyut. Sekretaris Satkorlak Penanganan Bencana dan Pengungsi Pemprov Kalbar, Totot WD yang dihubungi Rabu (4/1) pagi mengatakan, beberapa waktu lalu Gubernur Kalbar sudah memerintahkan kepada kepala daerah untuk segera melaporkan tentang terjadinya banjir di masing-masing daerah. Selain itu juga diminta untuk segera melakukan antisipasi dan mengadakan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalbar. Namun hingga saat ini pihaknya belum menerima laporan dari daerah secara rinci tentang terjadinya banjir. Sehingga data tentang banjir yang melanda beberapa kabupaten di Kalbar belum diketahui secara rinci. "Walaupun demikian pihaknya akan menurunkan tim Satkorlak untuk mengecek dan meneliti akibat dari banjir itu. Jika terjadi pengungsian maka dinas sosial harus segera melakukan antisipasi dan solusinya." ujarnya sambil menambahkan Selain itu, pihak Kimpraswil juga sudah diturunkan untuk menghitung berapa besar kerugian khususnya jalan dan jembatan. Sehingga dapat segera disusun rencana dan untuk perbaikan semua sarana dan prasarana yang rusak. Jalan Tergenang Di Surabaya Jawa Timur, dilaporkan hujan deras yang mengguyur Kota Surabaya selama 1,5 jam, Selasa (4/1), menyebabkan beberapa ruas jalan tergenang air sampai tiga perempat bodi mobil sedan. Akibatnya banyak kendaraan roda empat dan roda dua mogok, karena knalpotnya tersumbat air. Di antara ruas jalan yang berubah menjadi sungai adalah Jalan Mayjen Sungkono. Tinggi genangan di ruas jalan ini sampai separuh bodi mobil, sedangkan di halaman parkir pusat pertokoan di jalan ini tinggi genangan mencapai tiga perempat mobil sedan. Sedangkan di Jalan Dharmawangsa tinggi genangan mencapai rata-rata setinggi badan kendaraan niaga. Hujan turun sekitar pukul 11.30-13.00 WIB. Dalam kurun waktu itu Jalan Mayjen Sungkono berubah menjadi sungai. Akibatnya kendaraan yang nekat menerjang mogok. Jalan-jalan alternatif seperti Dukuh Kupang, Kembang Kuning dan Girilaya menjadi macet total. Dua ruas jalan tersebut selama ini menjadi langganan genangan setiap kali hujan deras. Tetapi genangan yang terjadi cepat surut dan surutnya 20 menit setelah hujan reda. Tahun lalu surutnya sampai selama dua jam setelah hujan reda. "Kompleks pertokoan di Mayjen Sungkono menjadi langganan banjir, karena posisinya lebih rendah dari ruas jalan. Cepat surutnya genangan karena pompa air di Gunungsari berjalan normal,'' ujar Kadis Pengendalian dan Penanggulangan Banjir Surabaya, Tri Suswanto. Hal yang sama dikatakan Suswanto, di Jalan Dharmawangsa tinggi genangan sudah turun bahkan sepuluh menit setelah hujan reda, tinggi genangan langsung surut karena pompa penyedot genangan bekerja optimal. Sebab lain cepat surutnya genangan tersebut karena pengerukan saluran air di jalan-jalan protokol, termasuk sungai-sungai kecil di tengah kota cukup berhasil. Sampai musim hujan pun pengerukan-pengerukan masih terus dilakukan. (106/146/080) Post Date : 05 Januari 2005 |