|
Bandung, Kompas - Belasan sumur milik warga RW 04 Cicadas Pasar II, Kelurahan Cikutra, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung, tercemar air rembesan dari Sungai Cicadas. Akibatnya, puluhan keluarga yang tinggal di daerah padat permukiman tersebut kesulitan mendapatkan air bersih. Di lain pihak, penyuluhan tentang proses pengolahan air bersih yang dilakukan lembaga dan dinas terkait hasilnya kurang efektif. Pasalnya, selain masih banyak warga yang belum mengetahuinya, penerapannya terbentur masalah biaya. Menurut Rosita (50), salah seorang warga yang sumurnya tercemar, air Sungai Cicadas yang mengandung limbah rumah tangga dan endapan sampah sering merembes ke bibir sumur, terutama ketika hujan tiba atau saat debit air sungai sedang tinggi. Karena tercemar limbah, air sumur milik Rosita tidak dapat digunakan untuk keperluan minum. Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari, ia terpaksa membeli dari penjual air maupun meminta dari tetangga yang berlangganan air PDAM. Per harinya, Rosita rata-rata membeli 25 liter air seharga Rp 500. Berdasarkan pengamatan, Rabu (5/10), sebagian besar bak penampungan air milik warga yang sumurnya tercemar tidak dipasang alat penyaring. Kalaupun ada, umumnya hanya menggunakan kain seadanya. Sekretaris RW 04 Cicadas, Sumpena (50), mengatakan, dari 40 sumur milik warga, 12 di antaranya telah tercemar. Sumur yang tercemar sebagian besar letaknya bersebelahan dengan aliran Sungai Cicadas. Onggokan sampah Kualitas air Sungai Cicadas sangat memprihatinkan. Selain memancarkan bau yang sangat menyengat, onggokan sampah maupun limbah rumah tangga terlihat hampir di setiap sudut aliran sungai. Mayoritas warga di sini tidak memiliki septic tank buatan. Dengan demikian, seluruh kotoran maupun limbah rumah tangga dialirkan langsung ke Sungai Cicadas, ujar Sumpena. Menurut Atan Sofyan, anggota dewan pengurus masjid, warga pernah disarankan untuk membuat alat penyaringan air. Namun, penerapannya terhambat masalah biaya. (d10) Post Date : 06 Oktober 2005 |