|
Ambon, Kompas - Sumur milik warga Hative Kecil, Kecamatan Sirimau, Ambon, yang terletak dekat Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Hative Kecil tercemar minyak. Meskipun sumur dicuci dan dikuras beberapa kali, air sumur tetap berwarna hitam dan berminyak. Warga pun mulai terjangkiti penyakit kulit dan pusing setelah mengonsumsi air yang tercemar minyak tersebut. Menurut Vonny Sapulete yang sumurnya terletak di seberang jalan depan PLTD Hative Kecil, Selasa (8/2), sumur tercemar minyak sejak Oktober 2004. Semula ia menduga minyak yang dikandung dalam sumur tersebut terjadi akibat ulah seseorang yang sengaja menuangkan minyak solar ke dalam sumur. Namun karena terjadi hampir tiap hari, Vonny menduga pencemaran sumur miliknya tidak mungkin dilakukan oleh seseorang, tapi akibat limbah dari PLTD Hative Kecil. "Tiap hari kami mencuci sumur itu, tapi esoknya selalu berminyak lagi," katanya. Sumur lain yang tercemar minyak adalah milik keluarga Dober Bremer tepat di samping kanan PLTD Hative Kecil. Semula Bremer tidak mengetahui sumurnya tercemar karena sumur tertutup dan airnya diambil menggunakan pompa air. Setahun terakhir setelah menggunakan air sumur tersebut, keluarga Bremer mengalami pusing, mual, dan gatal-gatal. Pada kulit salah seorang anak keluarga Bremer pun mulai muncul bercak-bercak putih. Karena itu, Sabtu (5/2), ia berniat membersihkan sumur karena diduga airnya kotor. Ternyata, air sumur tersebut mengandung minyak. "Sejak Sabtu hingga Selasa hari ini, kami sudah menguras sumur lima kali. Tetapi, minyak terus keluar," kata Bremer. Dari pemantauan Kompas, air kedua sumur yang di- gunakan oleh beberapa keluarga tersebut berwarna hitam, lengket, dan tercium bau minyak yang sangat tajam. Batu-batuan yang diambil dari dasar sumur pun telah berwarna hitam dari sisa minyak yang mengendap. Anehnya, hanya dua sumur milik warga di sekitar PLTD Hative Kecil yang tercemar limbah minyak, yaitu yang berada di depan kanan dan samping kanan. Sumur warga di samping kiri, depan kiri, dan belakang PLTD Hative Kecil tidak tercemar oleh limbah minyak. Sumur milik PLTD di dalam lokasi pembangkit juga tidak tercemar minyak. Kepala PLTD Hative Kecil Sein Latuperissa juga tidak mengetahui asal minyak yang mencemari sumur warga tersebut. Menurut dia, pengelolaan limbah PLTD berupa minyak solar dan oli tertangani dengan baik. Limbah minyak solar dan oli dikumpulkan dalam wadah tertentu dan diambil masyarakat untuk berbagai keperluan. Meskipun demikian, Latuperissa enggan menyebutkan jumlah solar untuk operasional dan limbah yang dihasilkan PLTD tersebut setiap hari. Latuperissa juga membantah ada saluran minyak solar milik PLTD Hative Kecil yang bocor karena semua saluran berada di atas tanah dan dalam keadaan utuh. Sementara itu, Ketua RT setempat Simon Ruhukay mengatakan, pada awal pendirian PLTD Hative Kecil tahun 1979, limbah PLTD dibuang ke sungai dan laut secara sembarangan. Akibatnya, sungai dan laut selalu berwarna hitam pekat. Karena mendapat protes dari warga, saat itu pembuangan limbah ke sungai dan laut pun dihentikan. (mzw) Post Date : 11 Februari 2005 |