Sumur Warga Berpotensi Tercemar

Sumber:Suara Merdeka - 14 Oktober 2008
Kategori:Air Minum

PATI - Tercemarnya Sungai Suwatu yang melintasi Desa Bulumanis Kidul, Kecamatan Margoyoso dan sekitarnya, dinilai cukup mengkhawatirkan. Pasalnya, kandungan pencemarannya berpotensi meresap ke sumur warga yang tak jauh dari lokasi sungai.

Hasil analisis Sungai Suwatu oleh Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan (Kanpedal) Pati tahun 2004, kualitas air di sungai itu kandungan mineral berbahaya masih dalam batas wajar. Namun untuk kualitas oksigen yang dibutuhkan air dalam menetralkan kandungan mineral sangat rendah.

“Kandungan air raksa, besi, timbal, klorida, dan seng masih dalam batas normal. Itu karena limbah cair tapioka yang dibuang bersifat organik,” jelas Kepala Kanpedal, Drs Mugihardjo MM, Senin (13/10).

Kendati begitu, lanjutnya, keadaan BOD (kebutuhan oksigen biologis) dan COD (kebutuhan oksigen untuk menetralkan kembali air) jauh di atas batas normal. BOD pada titik tertentu jauh melebihi ambang batas, 4.576 mg/l, padahal batas terjeleknya 12 mg/l.

Anggaran Minim

Demikian pula dengan COD yang pada lokasi tertentu mencapai angka tertinggi 9.176 mg/l dari batas normal terjelek 100 mg/l. Kondisi demikian, ujarnya, menunjukkan bahwa kualitas air jelek dan jika meresap ke sumur warga tidak layak untuk dikonsumsi. Namun untuk kebutuhan di luar konsumsi, masih bisa dipergunakan lantaran limbahnya organik dengan kandungan unsur kimia yang rendah.

Dia juga menyebutkan, terdapat sekitar 312 industri tepung tapioka di Kecamatan Margoyoso yang sebagian besar belum dilengkapi IPAL (instalasi pengolahan air limbah). Hal itu lantaran kebanyakan industri tersebut masih tergolong kecil sehingga tanggung jawab pembuatan IPAL ada pada pemerintah.

“Secara aturan memang industri tapioka harus memiliki IPAL, tapi kita kesulitan untuk menerapkannya karena banyak yang tergolong kecil. Dengan demikian memang harus ada campur tangan pemerintah untuk mengatasi limbah tersebut,” katanya.

Kendati begitu, dia mengaku pihaknya terkendala dengan anggaran yang minim, sehingga dampak sosial yang muncul belum maksimal untuk diatasi.

“Kami sudah lama mengetahui kondisi sungai yang seperti itu dan bagaimana dampak sosialnya. Namun karena anggaran yang minim harus dipahami juga oleh masyarakat,” tandasnya.(H49-76)



Post Date : 14 Oktober 2008