|
Jakarta, Kompas - Sumur resapan menjadi salah satu alternatif mengatasi banjir di Jakarta dan sekitarnya. Tetapi, sumur resapan yang menjadi syarat pembangunan perumahan dan perkantoran itu cenderung diabaikan. Pengawasan atas pemenuhan kriteria ini juga lemah. Demikian pengamatan Kompas di sejumlah perumahan di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Sejumlah perumahan di kawasan Kalideres, Daan Mogot, Cideng, Roxy, Joglo, Kebayoran Lama, Kemang, Jalan Panjang, dan sekitarnya cenderung mengabaikan urgensi sumur resapan itu. Bangunan di kawasan itu menutup semua areal terbukanya dengan beton atau aspal. Akibatnya, air hujan langsung terjun ke selokan dan saluran kota lainnya. Eksekutif properti, Subianto Satmaka, Selasa (6/2), mengakui, sumur resapan bukan barang mewah. "Ongkos pembuatannya hanya Rp 4,5 juta," ujarnya. Menurut dia, sumur resapan umumnya dibuat berkedalaman enam meter agar mencapai daerah serap tinggi. Lebar sumur resapan cukup 1,2 meter. Lubang ini kemudian diisi dengan ijuk, pasir, kerikil, dan batu karang. Sumur resapan tidak mengganggu struktur bangunan. Usman Effendy, pengembang megaproyek Spring Hill Kemayoran, menyatakan meraih manfaat besar dari membangun banyak sumur resapan. Respons publik, yang peduli lingkungan, juga besar. Dengan membangun sumur resapan, risiko banjir dan intrusi air laut berkurang. (as) Post Date : 08 Februari 2007 |