Sumur Produksi untuk Atasi Kekeringan

Sumber:Kompas - 02 Desember 2010
Kategori:Air Minum

Cirebon, Kompas - Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung membuat sumur produksi untuk mengatasi persoalan kekeringan di tujuh kabupaten di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Sumur-sumur itu mampu memasok kebutuhan air minum dan irigasi di daerah tadah hujan.

Sumur produksi adalah sumur yang mengandalkan air tanah sebagai sumber mata airnya. Sumur-sumur itu telah dibangun di Kabupaten Indramayu, Majalengka, Kuningan, Cirebon, Sumedan, dan Garut di Jawa Barat, serta Brebes di Jawa Tengah.

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung Prijo Sambodo, di sela-sela acara Sosialisasi Pengembangan Kelembagaan Air Tanah Wilayah BBWS Cimanuk-Cisanggarung, Rabu (1/12), mengatakan, pihaknya mengawali pembuatan sumur tersebut mulai 2008. Hingga kini sudah ada 134 sumur dalam yang terbangun di desa-desa rawan kekeringan di tujuh kabupaten yang masuk wilayah BBWS Cimanuk-Cisanggarung.

Terairi

Sebanyak 134 sumur dalam yang terbangun itu mampu mengairi 843 hektar lahan pertanian tadah hujan. Sumur dangkal yang berjumlah 84 buah juga mampu mencukupi kebutuhan air minum bagi 514 kepala keluarga.

Menurut Petugas Pendayagunaan Air Tanah BBWS Cimanuk-Cisanggarung, Abdul Hakim, debit air yang dihasilkan dari satu sumur bisa mencapai 1 liter per detik. Sejauh ini potensi keberadaan air tanah hampir ada di setiap kabupaten. Namun, tidak semua daerah kering mampu menghasilkan air tanah.

”Kami harus melakukan survei geolistrik terlebih dulu. Sejumlah daerah yang berpotensi mempunyai cadangan air dalam tanah juga tak mesti bisa dipakai. Contohnya adalah Kecamatan Kapetakan yang tak bisa diambil airnya karena asin,” kata Hakim.

Ada pula daerah yang cadangan airnya tidak tersimpan, tetapi mengalir karena tanah di dalamnya tidak bisa menahan air. Untuk daerah itu, tambah Prijo, masih bisa dibangun sumur, tetapi persediaan air di sana dimasukkan dalam golongan intermediate atau sedang.

Namun, di sejumlah daerah seperti Kecamatan Palasa, Kabupaten Majalengka, atau di Karangsembung, Kabupaten Cirebon, sumur produksi berfungsi maksimal untuk mengatasi kekurangan air minum dan kekeringan lahan di musim kemarau.

Kepala Desa Palasa, Kecamatan Palasa, Kabupaten Majalengka, Sadim, mengatakan, lahan pertanian di desanya yang biasanya hanya bisa ditanam dua kali setahun kini bisa tiga kali setahun. Warga yang awalnya hanya menanam padi dua kali kini bisa menambah tanaman palawija pada musim kemarau, atau bahkan menanam padi lagi sesuai dengan kondisi air.

Sadim mengatakan, meski di desanya sudah terbangun dua sumur produksi, jumlah tersebut masih kurang. Diperkirakan butuh satu sumur lagi agar persoalan air minum dan irigasi di seluruh dusun bisa teratasi.

Prijo mengatakan, permintaan warga terhadap sumur dalam bisa mencapai 1.000-an titik. Namun, pihaknya memprioritaskan pembuatan sumur di desa-desa tadah hujan.

Hakim menambahkan, pembangunan sumur-sumur itu menggunakan dana yang diambil dari APBN. Dana yang dibutuhkan pada tahun 2010 mencapai Rp 250 juta per sumur.

Pemeliharaannya dilakukan dengan sistem partisipasi masyarakat. ”Untuk kerusakan atau pemeliharaan kecil, dilakukan oleh warga sendiri. Namun, jika ada kerusakan besar, masih dalam pemeliharaan kami,” katanya. (NIT)



Post Date : 02 Desember 2010