|
TEGAL - Sebanyak 1.238 kepala keluarga di Kelurahan Muarareja, Kecamatan Tegal Barat, mengeluh karena kesulitan air bersih. Hampir semua sumur di kelurahan itu tidak dapat dimanfaatkan, karena tercemar air laut. Sementara itu, suplai air PDAM sudah tidak mengalir sejak lama. Untuk mencukupi kebutuhan air MCK, warga terpaksa menempuh berbagai cara. Antara lain, mengisi bak mandi dari air jerigen yang dibeli Rp 1.000 per jerigen. Beberapa orang yang mampu secara ekonomi, membangun sumur artesis dengan kedalaman hingga puluhan meter. Dan warga lain dapat memanfaatkan air sumur artesis tersebut dengan membayar. Ahmad, seorang warga Muarareja, mengatakan dia paling sedikit mengeluarkan uang Rp 6.000 sehari untuk mendapatkan air bersih. "Keluarga saya ada lima orang, termasuk tiga anak," kata pedagang ikan di Pasar Pagi itu. Air bersih dia beli dari penjual air yang setiap pagi lewat di depan rumah. Namun, apabila sedang tidak punya uang, dia terpaksa menggunakan air sumur yang ada. Untuk menghemat pengeluaran, banyak warga memanfatkan air sumur hanya untuk mencuci. Sedangkan untuk minum dan mandi, mereka membeli dari pedagang air bersih keliling. Usul Selalu Ditolak Kesulitan air bersih juga dialami warga Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat, terutama yang berada di wilayah utara. Untuk mendapatkan air bersih, mereka membeli air dari bak penampungan air bersih yang ada di Jalan Blanak. Kepala Kelurahan Muarareja Ir Haryana mengatakan, kesulitan air bersih sudah dialami warga sejak lama. Diungkapkan, berbagai upaya untuk mendapat air bersih secara murah telah ditempuh. Antara lain, mengajukan permintaan suplai air ke PDAM. Namun, permintaan mereka belum dapat dipenuhi dengan alasan debit air tidak mencukupi. Tahun 2001 lalu, warga berinisiatif mengusulkan pembuatan sumur artesis melalui musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang). Hasil Musrenbang itu diajukan ke Pemkot untuk dimasukkan dalam APBD. Sayang, isulan itu pun gagal diwujudkan, karena alasan yang tidak jelas. Tahun berikutnya, usulan pembuatan sumur artesis kembali diajukan. Selain itu, warga juga mengajukan usulan alternatif, yakni menambah debit air PDAM. Diharapkan, debit yang lebih besar bisa menjangkau wilayah Muarareja. Namun, lagi-lagi, usulan mereka ditolak. Kini, untuk kali ketiga usulan diajukan. "Kondisi sekarang makin memprihatinkan," kata Ir Haryana. Camat Tegal Barat Drs Drajat mengakui, air di wilayah Kelurahan Muarareja dan Tegalsari bagian utara telah tercemar air laut. Untuk mengatasinya, pihaknya mengupayakan pembuatan sumur artesis di lima titik. Tetapi, pihaknya tidak dapat berbuat apa-apa karena usulan pembuatan sumur tersebut ditolak Pemkot. Dia kini menunggu bantuan kompensasi BBM melalui program PKS BBMIP, untuk membangun sumur artesis. Bantuan Rp 250 juta itu rencananya akan dialokasikan untuk pembuatan satu sumur artesis di Kelurahan Muarareja. Namun, dia memperkirakan sumur itu masih belum bisa mencukupi kebutuhan air seluruh warga. "Satu-satunya harapan kami adalah, Pemkot memberikan bantuan," imbuhnya. (H16-58) Post Date : 17 November 2005 |