Ambon, Kompas - Sumur bor dan unit penyulingan air laut dibangun di pulau-pulau kecil di Maluku Barat Daya, Maluku, untuk mengatasi krisis air bersih. Selama ini, saat musim kemarau yang berlangsung delapan bulan, warga harus mendayung sampan ke pulau-pulau lain yang ada mata airnya.
Angky Renyaan, Penjabat Bupati Maluku Barat Daya, Rabu (3/2), menjelaskan, sebagian besar dari 48 pulau di Maluku Barat Daya rawan air bersih. Kondisi wilayah di kabupaten berpenduduk 73.000 jiwa itu sangat kering sehingga tanah pecah-pecah saat kemarau delapan bulan. Tanaman yang tumbuh didominasi rumput dan belukar dengan tegakan pohon koli sejenis aren.
Untuk mempermudah warga memperoleh air bersih, lanjut Angky, mulai tahun ini dibangun sejumlah sumur bor dan unit penyulingan air di Pulau Kisar, Leti, Masela, Dawera, Dawelor, Damer, Lakor, Luang, Sermata dan Wetar. ”Kami pilah mana yang pakai sumur bor dan penyuling air laut sesuai dengan kondisi wilayahnya. Di Kisar, Leti, dan Lakor, misalnya, dibangun sumur bor, sedangkan di Masela, Luang, dan Sermata dibangun penyuling air laut, seperti di Pulau Seribu,” ujar Angky.
Pengeboran sumur artesis di Kisar sudah mencapai kedalaman 60 meter. Pengeboran sempat terhenti karena mata bor patah saat menembus lapisan batu karang. Potensi air bersih di titik pengeboran itu sekitar 6-7 liter per detik. Air disalurkan ke bak- bak penampung yang bisa melayani 2.000-an keluarga. ”Selama puluhan tahun warga di sana kesulitan memperoleh air bersih. Saat kemarau, mereka harus mendayung ke pulau-pulau lain untuk mendapatkan beberapa jeriken air,” papar Angky.
Allan Lekeneny, warga Leti yang ditemui di Ambon, mengakui krisis air bersih di daerahnya. ”Musim hujan kami menampung air hujan untuk kebutuhan sehari-hari. Saat kemarau, kami mendayung sekitar 45 menit ke Pulau Moa untuk mengambil air di mata air di daerah Tiakur,” katanya. (ANG)
Post Date : 04 Februari 2010
|