|
Kesulitan air bersih yang selama ini dialami warga Dusun Duwet Desa Suci, sekitar 40 kilometer selatan ibu kota Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, sejak Rabu (4/8) teratasi. Melalui proyek pengeboran air bawah tanah sedalam 160 meter bantuan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, sekitar 500 keluarga di dusun itu tidak perlu berjalan jauh untuk memperoleh air bersih seperti selama ini. Proyek pengeboran tersebut diresmikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro bersama Bupati Wonogiri H Begug Poernomosidi kemarin. "Saya memberi bantuan ini dengan harapan kebutuhan air bersih masyarakat Wonogiri terpenuhi. Sesungguhnya potensi air tanah goa-goa bawah tanah Wonogiri sangat besar, namun dibutuhkan teknologi serta biaya tidak kecil untuk mengeksplorasi," kata Purnomo Yusgiantoro. Ia juga membantu hidran dan 10 tandon air. Menurut data Kabupaten Wonogiri dengan luas wilayah 1.822,36 kilometer persegi, sebagian besar wilayahnya berupa pegunungan kapur yang tandus dan berbatu. Wilayah yang kekeringan terparah selama ini, Kecamatan Pracimantoro, Kecamatan Girintontro, dan Kecamatan Paranggupito di bagian selatan Wonogiri. "Selama ini, penduduk desa yang tidak memiliki sumber air berjalan kaki (ngangsu) sejauh 1-5 kilometer adalah biasa. Bila musim kemarau tiba, penduduk membeli air dari mobil tangki seharga Rp 50.000-Rp 90.000 tiap tangki," kata Begug. Menurut kalkulasi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri, tiap tahun dana yang dikeluarkan masyarakat tidak kurang dari Rp 7,9 miliar untuk membeli air bersih. Dengan adanya sumur bor air bawah tanah di Desa Suci, penduduk tidak perlu lagi membeli air dari kota Kecamatan Pracimantoro sejauh 7 kilometer. Mereka juga tidak perlu berjalan satu kilometer ke jalan raya Pracimantoro-Giritontro untuk membeli air dari mobil tangki. Terlebih lagi, menurut rencana, air bawah tanah itu akan dialirkan melalui 10 tandon air. Dua sumur bor Dengan diresmikannya sumur bor itu, kini di Pracimantoro terdapat dua sumur bor air bersih. Sumur serupa di Desa Bohol dibangun dengan bantuan Yamaha Indonesia, tahun 2003, diresmikan Menteri Lingkungan Hidup. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Wonogiri Sutomo Sutowidjojo mengatakan, proyek pengeboran air bawah tanah itu dilakukan di kawasan pegunungan karst. Pengeboran ini merupakan salah satu upaya pemanfaatan potensi air tanah di pegunungan karst tersebut. "Setelah sumur selesai dibuat dengan teknik pengeboran, langkah selanjutnya adalah penyedotan air dengan bantuan genset listrik," kata Sutomo. Menurut perhitungan Sutomo, saat ini debit air yang dihasilkan sekitar 5 liter per detik untuk melayani kebutuhan tiga dusun dengan penduduk terlayani sekitar 500 keluarga. "Kami masih terus memperdalam pengeboran dan bila mencapai angka 200-250 meter, diharapkan debit air yang diambil lebih besar," tambah Sutomo. Menurut pemetaan kebutuhan air bersih di Wonogiri, wilayah kekeringan yang harus diatasi terdapat di 10 kecamatan, meliputi 55 desa, dengan penduduk yang terkena imbas kekeringan 19.664 keluarga atau 98.320 jiwa. Dari 10 kecamatan tersebut, 23.500 jiwa di 18 desa pada Kecamatan Pracimantoro, Kecamatan Girintontro, dan Kecamatan Paranggupito mengalami kekeringan terparah karena tak ada sumber air permukaan di wilayah itu. (ryo) Post Date : 05 Agustus 2004 |