Sumsel Belajar dari Sumbar

Sumber:Kompas - 06 Oktober 2009
Kategori:Sanitasi

Palembang, Kompas - Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin mengingatkan warga Sumsel harus mengambil hikmah dari rentetan bencana gempa di Indonesia, terakhir di Sumbar. Artinya, setiap akan membangun rumah atau infrastruktur publik harus berorientasi pada sifat tahan gempa.

Gubernur Sumsel Alex Noerdin menyampaikan hal itu di sela-sela peringatan Hari Habitat Sedunia di Benteng Kuto Besak, Senin (5/10). Turut hadir dalam acara itu Menteri Negara Perumahan Rakyat Muhammad Yusuf Asy’ary, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, Wali Kota Palembang Eddy Santana Putra, serta sejumlah bupati/wali kota dan ratusan undangan.

Alex mengatakan bahwa harus adanya kesadaran dan orientasi dalam membangun rumah atau bangunan tahan gempa bukan berarti jika membangun sesuatu harus mutlak tahan terhadap gempa.

”Memang tidak ada yang bisa menjamin. Tetapi, setidaknya konstruksi yang disiapkan bersifat tahan gempa. Selain itu juga, setiap hendak membangun gedung, baik bertingkat atau tidak, harus mulai dipikirkan cara mudah untuk sistem evakuasinya,” katanya.

Menurut Gubernur, hal ini juga merupakan salah satu cara mengimplementasikan konsep Hari Habitat Sedunia, yakni upaya peningkatan dan penataan struktur ruang hidup masyarakat Indonesia. Hal ini penting karena menyesuaikan lingkungan geografis wilayah negara kepulauan Republik Indonesia yang merupakan jalur gempa.

Terapkan SNI

Oleh karena itu, Alex Noerdin meminta pemerintah pusat agar mulai menstandardisasi bangunan infrastruktur publik dan permukiman. Selama ini, pemerintah sebenarnya telah memiliki sistem penilaian Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk kategori infrastruktur publik dan perumahan rakyat.

”Namun, saya perhatikan pola SNI ini belum diterapkan maksimal. Mungkin ada baiknya kalau pemerintah pusat mendorong setiap pemerintah daerah untuk membuat peraturan daerah tentang standardisasi bangunan tersebut,” katanya.

Sanitasi masyarakat

Wali Kota Palembang Eddy Santana Putra mengatakan bahwa sebelum Kota Palembang ditunjuk sebagai tuan rumah Hari Habitat Sedunia, pihaknya sudah lebih dulu meluncurkan kebijakan sanitasi lingkungan melalui program Kampung Ramah Lingkungan.

Berdasarkan data Pemkot Palembang, sampai sekarang sudah ada 428 rukun tetangga (RT) di 107 kelurahan yang dikategorikan Kampung Ramah Lingkungan. Kebijakan ini akan digulirkan terus hingga seluruh kelurahan berkategori ramah lingkungan.

”Ramah lingkungan artinya bersih dan sehat lingkungannya dan ramah penghuninya. Diharapkan, momen Hari Habitat Sedunia di Palembang ini menjadi pemicu bagi warga untuk lebih peduli pada kebersihan dan kesehatan lingkungan. Kami juga mengimbau masyarakat untuk lebih peduli lagi terhadap habitat tempat tinggalnya beserta lingkungan sekitar,” katanya.

Puncak peringatan Hari Habitat Sedunia ini dimeriahkan dengan beberapa kegiatan, antara lain pelepasan ratusan balon berwarna hijau, peresmian proyek rumah susun, penanaman bibit pohon di halaman Benteng Kuto Besak, pameran lingkungan dan habitat dari 15 kabupaten/kota dan unsur departemen-dinas se-Indonesia, serta seminar wawasan lingkungan dengan narasumber sejumlah bupati/wali kota undangan, dan kegiatan lainnya. (ONI)



Post Date : 06 Oktober 2009