|
KUNINGAN, (PR).-Kelestarian sumber mata air di Kab. Kuningan terancam punah, akibat terdesak pembangunan infrastruktur yang tidak terkendali. Bahkan, di beberapa titik mata air sudah tercemar limbah. Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kuningan, Ir. Yoyo Sunaryo menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan kelestarian mata air itu terancam. Di antaranya penebangan pohon secara liar. Selain itu, pembangunan infrastruktur yang tidak ramah lingkungan. Menurut Yoyo, di Kuningan sudah ada tiga titik sumber mata air yang tercemar limbah, yakni sumber mata air Cigugur, Cibulan, dan Balong Dalem Jalaksana. Fatalnya lagi, debit air yang dihasilkan sumber mata air itu jadi menurun. Seperti yang terjadi di mata air Cigugur, kapasitasnya jadi berkurang 50 persen. Sebelumnya mata air Cigugur mampu menghasilkan debit air 23 liter/detik. "Mata air Cigugur dalam kondisi terancam. Kapasitas debit air saja kini tinggal separuhnya. Ini yang membuat kita prihatin, karena memang tidak semua masyarakat termasuk pihak-pihak tertentu yang mengerti terhadap peraturan," jelas Yoyo. Kalau melihat peraturan, menurutnya, berdasarkan Keppres 32/1990 tentang kawasan lindung dan Perda Jabar No. 2/1996 tentang penjabaran dari keppres tersebut, khusus untuk daerah tangkapan air, pada radius 200 m dari sumber mata air tidak boleh dikelola yang ditujukan untuk pelestarian setempat. "Tapi kan pada kenyataannya justru tidak demikian, dan kini malah sudah rusak. Di sana terancamnya karena oleh perumahan dan rumah sakit yang limbahnya ternyata mencemari lingkungan," katanya. Selain karena faktor perumahan, faktor peternakan pun ternyata sangat besar pengaruhnya terhadap ancaman pelestarian itu. Warga di Kec. Cigugur memang banyak yang memilih menjadi peternak, baik sebagai peternak kambing, sapi maupun babi. Berdasarkan penelitian, limbah kotoran ternak yang mencemari resapan air bisa membuat masyarakat terjangkit bakteri salmonela (yang mengakibatkan sakit perut).(C-37) Post Date : 08 September 2005 |