|
YOGYAKARTA - Hasil survei sementara menunjukkan, di semua wilayah korban gempa bumi di provinsi DIY ataupun Jateng (Kota Yogya, Bantul, Sleman, Kulonprogo, Gunungkidul, dan Klaten) mengalami anomali dan indikasinya menuju ke arah kerusakan sumber daya air tanah. ''Namun hingga saat ini, survei masih terus dilakukan di kedua provinsi yang menjadi korban gempa itu,'' ujar Tjahyo Nugroho Adji MSc Tech dan rekannya, Langgeng Wahyu Santosa MSi dari Posko Gempa Fakultas Geografi UGM ketika memaparkan hasil survei kepada wartawan, Kamis (22/6). Menurut Tjahyo, selain memantau kerusakan pada sumber daya air tanah, tim lain juga memetakan munculnya daerah rawan bencana sekunder pascagempa, di antaranya adalah bahaya longsor dan erosi yang dikhawatirkan akan terjadi pada musim hujan mendatang. Hasil survei itu menunjukkan terjadinya beberapa sumur kering karena adanya tekanan dan gencetan terhadap material akuifer pada suatu sisi dan sisi lain kemungkinan mengalami kenaikan elevasi akuifer, sementara tinggi muka air tanah tetap, sehingga kesannya terjadi penurunan muka air tanah. Namun ada pula sumur bertambah airnya. Ada pula fenomena artesis (sumur muncrat), yaitu kemungkinan terjadi karena adanya perubahan arah aliran air tanah dan terakumulasi pada suatu tempat yang hanya akan berlangsung sementara. Kualitas Berubah Ditemukan pula adanya kualitas air berubah, dan pada beberapa tempat dijumpai air asin, bau belerang dan lain-lain. Hal itu karena fenomena gempa membuat jebakan materi zaman dahulu terdorong ke atas atau ada retakan baru yang terjadi, sehingga air tanah terhubung dengan air terjebak pada kedalaman yang cukup dalam. Sumur keluar lumpur/tanah, hal tersebut terjadi karena gencetan menyebabkan materi terdorong ke atas, sementara sumur adalah artificial porosity yang dibuat oleh manusia, sehingga lumpur/tanah akan memilih jalan keluar melewati sumur-sumur yang terbuka. ''Hal itu bisa diperbaiki dengan jalan membuat sumur lagi atau menggali pada bagian yang penuh lumpur pada sumur lama.'' Tjahyo, staf pengajar Fakultas Geografi UGM itu memaparkan, ada pula sumur menjadi keruh karena goncangan akuifer akibat gempa, sehingga material akuifer teraduk dengan air tanah. Tetapi hal itu akan berlangsung sementara waktu dan akan normal kembali setelah beberapa saat. Ada pula munculnya mata air baru (penambahan debit) karena adanya perubahan kedudukan muka air tanah dan elevasi lapisan pembawa air tanah. (P12-39d) Post Date : 23 Juni 2006 |