|
DINAS Kesehatan DKI Jakarta mencatat sebanyak 16.938 warga pada 2011 terserang diare aki bat mengonsumsi air yang tercemar. “Tercemarnya sumber air minum di Jakarta menyebabkan angka penderita infeksi masih cukup tinggi. Salah satunya kasus diare,” kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Dien Emmawati dalam acara Edukasi dan Sosialisasi Air Minum Aman bagi Masyarakat Jakarta, di Hotel Nikko, Jakarta Pusat, kemarin. Menurut data Dinkes DKI, dari 16.938 kasus diare itu, sebanyak 6.652 kasus diare dengan dehidrasi dan 10.286 kasus tanpa dehidrasi. Adapun kasus diare selama 2010 mencapai 19.470 kasus. Sebanyak 8.455 kasus merupakan kasus diare dengan dehidrasi dan 11.015 kasus tanpa dehidrasi. Menurut Dien, pihaknya berupaya untuk menurunkan angka kejadian infeksi ini dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap ketersediaan air minum yang aman dan layak konsumsi. “Kami meyakini tercemarnya sumber air menyebabkan penderita infeksi terus meningkat. Pada 2010 tercatat 12 orang meninggal akibat diare.” Penyakit lain yang juga disebabkan pencemaran air adalah tifus dan hepatitis A3. Selama 2011, tercatat terjadi 8.217 kasus tifus dan 983 kasus hepatitis A3. Adapun pada 2010 terjadi sebanyak 10.458 kasus tifus dan 774 kasus hepatitis A3. Berdasarkan hasil survei di 300 sumber air tanah di Jabodetabek dan Bandung, sebagian air tanahnya tidak layak digunakan karena tercemar bakteri dan berada di tingkat keasaman (pH) yang rendah di luar ambang batas wajar. Dari hasil penelitian itu disebutkan, 48% air tanah mengandung coliform. Malah 50% air tanah berada pada tingkat pH yang rendah di luar ambang batas wajar. Dien menyadari, untuk menyediakan air minum yang aman dan terlindungi dari kuman perlu upaya dan biaya relatif besar. (Ssr/T-2) Post Date : 27 Oktober 2011 |