Sumber Air tak Bisa Dikonsumsi

Sumber:Pikiran Rakyat - 31 Maret 2010
Kategori:Air Minum

KARAWANG, (PR).- Sumber air warga di sejumlah permukiman yang terendam banjir akibat luapan Su-ngai Citarum tidak dapat di-konsumsi. Pasalnya, air yang dipompa itu keruh dan berbau. Bahkan, Dinas Kesehatan Ka-bupaten Karawang menyata-kan air tersebut tidak steril karena tercemar air rendaman banjir.

Menurut Syamsul (35), warga RT 05 RW 09 Blok XH Perumahan Karawang Barat Indah I, sumber air di permukim-an tersebut berasal dari air tanah yang dipompa.

Dia menyebutkan, air di rumahnya sudah mengalir karena aliran listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) Area Pelayanan Jaringan (APJ) Karawang telah dinyalakan. "Namun, air yang keluar malah yang berwarna kehitaman dan berbau," ujarnya ketika ditemui "PR", Selasa (30/3).

Air itu, kata Syamsul, hanya digunakan untuk membersihkan rumah dan perabotan yang terendam dan dilumuri lumpur. Syamsul tidak berani menggunakannya untuk kebutuhan mandi dan memasak.

Dia mengaku khawatir air itu telah tercemar ketika bercampur dengan luapan air Sungai Citarum. "Saya takut kalau memakai air itu untuk mandi atau memasak bisa membahayakan kesehatan. Waktu banjir dua belas hari kemarin saja, tangan saya sudah berwarna ungu karena gatal setelah terendam air banjir," ucap Syamsul.

Arifin (40), warga lainnya juga tidak berani menggunakan air yang biasanya dia pakai untuk kebutuhan sehari-hari itu. Padahal, air dari pompanya telah berwarna jernih. Air itu, sama dengan air milik warga lainnya, yang akhirnya hanya digunakan untuk membersihkan rumah mereka.

"Daripada dibuang percuma, lumayan untuk bersih-bersih bagian rumah yang terkena lumpur," ujarnya

Sementara itu, Dinas Kesehatan Kab. Karawang menya-takan bahwa air di sejumlah permukiman warga yang te- rendam banjir itu tidak steril dan tidak dapat dikonsumsi.

Kepala Dinas Kesehatan Kab. Karawang dr. Asep Lukman Hidayat menyebutkan sumber air itu telah tercemar dari luapan air Sungai Citarum. "Sungai Citarum itu tempat pembuangan limbah cair dari pabrik-pabrik dan rumah sakit. Di dalamnya terkandung zat yang berbahaya," kata Asep.

Oleh karena itu, dikatakan Asep, penanganan gangguan kesehatan pascabanjir sangat penting dan harus diprioritaskan.

Dia menyebutkan langkah awal dengan melakukan pe-ngapuran massal di sumber air permukiman. Selain itu, dilakukan pula penyemprotan di wilayah-wilayah yang masih berlumpur.

Kerugian

Sementara itu, dalam rapat evaluasi bencana banjir di ruang rapat DPRD Kab. Ka-rawang, Asisten Daerah I Bidang Pemerintahan Saleh Efendi mengatakan, belum menyimpulkan jumlah kerugian akibat bencana tersebut.

Dia menyebutkan, penda-taan kerugian bergantung pa-sang-surut banjir. Data terakhir jumlah korban banjir sebanyak 29.387 kepala keluarga dan 105.303 jiwa.

Untuk pertanian, banjir ak-hir Maret itu merupakan banjir ketiga yang merendam areal pertanian pada 2010. Banjir pertama terjadi pada 22 Ja-nuari 2010 yang merendam 6.346 hektare lahan pertanian puso di 12 kecamatan. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Karawang telah mengajukan bantuan benih sebanyak 158.650 kg.

"Ini telah diverifikasi," ucap Kepala Bidang Tanaman dan Pangan Distanhut Kab. Kara-wang, Kadarisman.

Kemudian, banjir kedua terjadi pada 21 Februari 2010 yang menggenangi 2.340 hektare lahan pertanian di 10 kecamatan. Sementara banjir ketiga, akhir Maret 2010, telah merendam dan menyebabkan puso di 774 hektare sawah. Distanhut Kab. Karawang pun telah mengajukan bantuan untuk pembelian benih pada Gubernur Jawa Barat sebesar Rp 1,2 miliar. (A-153)



Post Date : 31 Maret 2010