Sumber Air Minum Bergantung pada Irigasi

Sumber:Kompas - 17 Juli 2009
Kategori:Air Minum

Cirebon, Kompas - Air irigasi yang mengalir dari irigasi induk Bendung Rentang di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, tidak hanya dibutuhkan petani di Cirebon dan Indramayu. Sekitar 7.000 keluarga di Cirebon juga menggantungkan ketersediaan air bersih dari saluran irigasi itu.

Direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Cirebon Nasija ketika ditemui Kamis (16/7) mengatakan, bahan baku air bersih untuk sembilan kecamatan di kabupaten itu bergantung pada ketersediaan air irigasi induk. ”Jika air irigasi kering seperti tahun-tahun lalu, air pun tak bisa mengucur ke rumah warga,” katanya.

Hingga saat ini, PDAM masih mendapatkan jatah 500 liter air per detik dari Bendung Rentang. Jumlah itu menyusut menjadi sekitar 50 liter per detik ketika sampai di pengolahan air baku di Kumpulkuista, Cirebon, yang jaraknya sekitar 40 kilometer dari Bendung Rentang. Jika petani tetap saja menyedot air irigasi induk, tidak menutup kemungkinan PDAM akan kekurangan bahan baku air.

Di Purwakarta, 5.400 pelanggan dari total 18.000 pelanggan PDAM Tirta Dharma mengeluh karena pasokan air terganggu sebulan ini. Produksi air terganggu akibat kerusakan jaringan pipa serta turunnya debit mata air.

Di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, pemerintah kabupaten mulai menerima permintaan air bersih dari 10 desa di dua kecamatan. Kepala Bagian Kesejahteraan Pemkab Tegal Nurcholis, Kamis, mengatakan, pemkab telah menyiapkan 673 tangki air bersih untuk warga

Sejak dua minggu lalu, debit air di Dam Jejeruk di Desa Candirejo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, pun menyusut drastis. Menurut Suwono, petugas Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Magetan, Kamis, dua minggu lalu debit air dari Kali Gandong di dam masih 1.400 liter per detik. ”Saat ini debit air di dam maksimal 500 liter per detik. Itu pun hanya pagi. Siang menjadi 400 liter per detik dan sore 300 liter per detik,” katanya.

Di Kawedanan, kebanyakan petani tidak lagi menanam padi, tetapi menanam tanaman palawija, seperti kacang tanah. Kalau tetap menanam padi, air tidak akan cukup, apalagi air digunakan pula untuk pabrik gula,” ujar Ashori, salah satu petani.(WIE/NIT/MKN/APA)



Post Date : 17 Juli 2009