|
JAKARTA - Hampir semua sumber air di Jakarta sudah tercemar bakteri Escherchia coli (E. coli). Bakteri yang berasal dari sampah organik dan tinja alias kotoran manusia itu mencemari 13 sungai dan 68 persen air tanah di Ibu Kota. Hasil penelitian Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi DKI Jakarta pada 2006 menyebutkan pencemaran bakteri itu di sungai sudah jauh melebihi ambang batas. Sampel diambil dari 66 lokasi di sungai-sungai tersebut. Ternyata, "Tak satu pun yang layak dijadikan sumber air minum," kata Kepala BPLHD Budirama Natakusumah dalam sebuah diskusi kemarin. Budirama mengatakan salah satu sungai yang tingkat pencemarannya paling parah adalah Sungai Ciliwung. Kadar bakteri E. coli di sungai itu mencapai 1,6-3 juta individu per 100cc, jauh di atas baku mutu 2.000 individu per 100cc. Padahal sungai ini menjadi bahan baku air minum di Jakarta. Pencemaran itu, kata Budirama, disebabkan oleh limbah cair rumah tangga. Dari total 1.316.113 meter kubik air buangan di Jakarta, 75 persennya adalah limbah rumah tangga. Adapun pencemaran bakteri E. coli pada air tanah dinyatakan dalam peringatan Hari Air Sedunia di Cibubur, Jakarta Timur, pada Minggu lalu. Juru bicara USAID Indonesia, Farah Amini, yang menyitir hasil penelitian Universitas Indonesia pada 2006, mengatakan bakteri itu masuk ke dalam air tanah melalui pembuatan septic tank yang terlalu dekat dengan sumur. Namun, bakteri itu sebetulnya bisa dijinakkan. Daniel Abbas, Kepala Pengendalian Kerusakan Lingkungan BPLHD, mengatakan air tanah yang terkontaminasi bakteri E. coli bisa dipulihkan dengan memasukkan air bersih. "Caranya, dengan memaksimalkan resapan air hujan ke tanah," ujarnya. Cara lain, kata Daniel, adalah dengan banyak menanam pohon yang akarnya bisa menyerap air, mengurangi pembuangan sampah sembarangan, dan mengelola limbah domestik. Menyikapi kondisi tersebut, Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyatakan siap melakukan kaporisasi (pembunuhan bakteri dengan kaporit) pada kawasan yang tercemar. "Asalkan ada laporan dari dinas lain," ujar Salimar Salim, Wakil Kepala Dinas Kesehatan DKI. Salimar mengatakan mereka juga sudah memasyarakatkan pencegahan dampak bakteri tersebut, yakni diare, muntaber, dan masalah pencernaan lain. "Kami minta masyarakat memasak air sebelum diminum," ucapnya. Bahkan dinas itu juga meminta masyarakat mewaspadai air minum isi ulang yang gerainya bertaburan di seluruh Jakarta. Salimar mengatakan air minum itu juga bisa tercemar. "Seharusnya tetap juga dimasak untuk memastikan," katanya. Sementara itu, Direktur PT PAM Jaya Hariadi Priyo Hutomo mengatakan mereka belum menerima keluhan apa pun soal pencemaran pada air minum. "Kami akan segera memeriksakan hal itu ke laboratorium bila ada keluhan" ujarnya. DWI RIYANTO AGUSTIAR | REH ATEMALEM | YUDHA SETIAWAN | AGUSLIA HIDAYAH Post Date : 21 Maret 2007 |