Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17 ribu pulau lebih yang terbentang sepanjang 5.000 km dari barat ke timur. Ironisnya, kendati memiliki persediaan air melimpah, banyak masyarakat yang kesulitan mengakses air bersih.
Banyak sumber air permukaan, khususnya yang dekat dengan permukiman penduduk, telanjur rusak dan tidak layak dikonsumsi. Fenomena ini meningkat akibat derasnya urbanisasi dan berkembangnya industrialisasi. Beruntung, secara geografis Tuhan memberkati kondisi alam Indonesia dengan sumber mata air yang berlimpah dan mengalir di lapisan bawah tanah secara alamiah. Tetapi sayangnya, tidak banyak orang menyadari ada `harta karun putih' yang masih terkubur di lapisan bawah tanah Ibu Pertiwi.
Sosok Tirto Utomo adalah salah satu putra bangsa yang peduli terhadap peluang tersebut. Berkat kejelian mata dari Bapak Pendiri Aqua inilah potensi mata air bawah tanah bisa diketahui dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air minum yang bersih dan sehat bagi rakyat.
Akhirnya pada 1973, untuk pertama kalinya masyarakat dari berbagai lapisan dan golongan dapat menikmati air minum dalam kemasan yang sehat. Pasalnya, air dalam kemasan itu merupakan air murni dengan kandungan mineral seimbang dengan komposisi mineral yang stabil. Pada tahun yang sama Aqua pertama kali diluncurkan pada konsumen.
Visi untuk memenuhi kebutuhan air minum yang sehat bagi masyarakat terus dipegang teguh Aqua hingga saat ini. Bahkan, cita-cita Tirto Utomo untuk memajukan bangsa semakin diperkuat pascabergabungnya dua produsen air minum terkemuka Danone dan Aqua pada 1998.
Pimpinan Danone-Aqua Parmaningsih Hadinegoro mengungkapkan Indonesia perlu terus melanjutkan langkah pertumbuhannya di abad ke-21 ini untuk menjadi salah satu pemain utama dalam ekonomi global. Menurut dia, salah satu tantangan terbesarnya adalah memastikan negara kepulauan ini memiliki penduduk yang sehat sehingga dapat mendukung cita-cita pertumbuhan. “Danone Aqua bergabung demi satu cita-cita untuk memberikan kesehatan kepada sebanyak mungkin penduduk Indonesia melalui minuman berkualitas yang memberi manfaat kesehatan bagi tubuh,” ujar perempuan jebolan Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi UGM ini.
Sesuai dengan cita-cita Danone Aqua untuk memberikan kesehatan dan manfaat bagi warga, Aqua hanya menggunakan air tanah tertekan (confi ned aquifer) dengan kedalaman lebih dari 80 km.
Walhasil Aqua tidak pernah mengambil kebutuhan air permukaan yang umumnya digunakan untuk kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari maupun untuk irigasi pertanian.
Aqua untuk bangsa Di samping menyediakan minuman sehat bagi warga, Aqua juga memberikan kontribusi kepada kesejahteraan masyarakat sekitar lewat program-program sosial dan pelestarian lingkungan hidup yang bersifat berkesinambungan (sustainable).
Parmaningsih menegaskan, sebagai bentuk komitmen pada corperate social responsibility (CSR), Aqua telah merancang sederet program-program sosial melalui pendekatan ber basis masyarakat dan bekerja sama dengan para pemangku kepentingan serta berorientasi pada kebutuhan.
Lewat payung Program Aqua Lestari, Aqua membuka akses air bersih dan penyehatan lingkungan di sejumlah wilayah. Sebagai contoh, seperti di desa-desa sekitar pabrik Aqua di Kabupaten Sukabumi, Klaten, Kebun Candi, Lido, Brastagi, Lampung, dan lainnya.
Kepala Pabrik Aqua Brastagi Wirnos berkisah berkat jalinan kerja sama dengan sejumlah lembaga, akses air bersih bagi Desa Doulu, satu dari dua desa yang berada dekat dengan sumber mata air Aqua di wilayah sekitar Gunung Sibayak, mulai tersedia.
Akses air bersih tidak hanya diberikan kepada daerah sekitar pabrik. Desa-desa terpencil yang membutuhkan dukungan akses air bersih seperti wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) juga diakomodasi lewat kampanye Program Satu untuk Sepuluh.
Aqua juga telah membuat proyek percontohan pada komunitas pemulung perkotaan di Bekasi. ”Aqua sudah bekerja sama dengan masyarakat Bali, Brastagi, dan Wonosobo untuk mengelola sampah organik,” ujar Parmaningsih.
Selain akses air bersih, Aqua juga rajin mengembangkan model pertanian organik yang memanfaatkan pestisida alami (organik) di Desa Doulu, Brastagi dan Desa Mambal, Bali.
Untuk tujuan penghijauan dan konservasi, sambung Parmaningsih, di Jawa Barat lebih dari 150 karyawan Aqua dilibatkan sebagai relawan untuk menanam 10 ribu pohon bersama dengan kelompok Tani Hejo Daun, untuk merehabilitasi lahan hutan lewat model konservasi berbasis pesantren. Program itu dinamakan Gunung Salak Lestari bekerja sama dengan Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan Pesantren Al-Amin.
Bahkan, di Jawa Tengah lebih dari 60 ribu pohon ditanam untuk merehabilitasi sekitar 30 hektare lahan kritis di Gunung Merapi. "Kegiatan ini melibatkan 200 petani," papar Parmaningsih.
Untuk menyejahterakan penduduk lokal sekitar pabrik, wanita kelahiran Jakarta 1955 ini mengungkapkan, sejak awal pihaknya selalu memprioritaskan pengambilan tenaga kerja dari lingkungan sekitar pabrik. "Tentu saja penyerapan tenaga kerja lokal disesuaikan dengan kebutuhan dan kapasitas pabrik." (S-25)
Post Date : 16 Agustus 2010
|