|
WARGA Kecamatan Pulau Sembilan, khususnya yang berada di ibu kota kecamatan, harap-harap cemas. Keinginan untuk memperoleh air bersih bakal tersendat. DPRD mempertimbangkan untuk menunda pengadaan mesin penyulingan air dalam RAPBD tahun 2005 ini. Sementara kesulitan air makin menjadi-jadi. Lebih mudah menemukan minuman beralkohol alias minuman keras (miras) ketimbang air bersih di Pulau Sembilan. Ungkapan bernada guyon ini terbukti di lapangan. Seseorang yang hendak memperoleh miras, apakah itu jenis ballo atau minuman beralkohol lainnya, warga tak perlu serepot dengan memburu air bersih. Guyonan ini pun kerap muncul di lapangan ketika warga menggambarkan betapa sulitnya memperoleh air bersih di wilayah kepulauan Kabupaten Sinjai tersebut. Khusus di ibu kota kecamatan, tepatnya di Pulau Kambuno, warga terpaksa harus menebus air bersih berharga Rp2.500 per jeriken. Setiap jeriken berisi 20-30 liter air bersih. Air bersih ini didatangkan dari daratan Kabupaten Sinjai, tepatnya dari pusat kota melalui transportasi laut. Dari kota, air bersih tersebut dibeli Rp1.000 setiap jerikennya. Tapi, karena harus diangkut melalui transportasi laut, harganya melambung hingga 150 persen. Selain membutuhkan ongkos transpor, pengusaha juga berharap dapat keuntungan. "Tidak ada pilihan lain kecuali harus menebusnya dengan harga Rp2.500. Sebenarnya, ada suplai air bersih dari tangki PDAM. Namun, tangki itu hanya datang dua hingga tiga kali sepekan. Itupun air yang dibawa tak mampu mencukupi kebutuhan masyarakat di sana," tutur Rafiuddin, salah seorang warga Sinjai Utara yang bertugas sebagai guru di Pulau Kambuno. ($)Lanjut... Post Date : 11 Juli 2005 |