Sulitnya Air Bersih di Jakarta

Sumber:Koran Jakarta - 29 September 2009
Kategori:Air Minum

Harga air yang kini mencapai 7.025 rupiah per meter kubik dinilai sangat memberatkan. Idealnya hanya seribu rupiah per meter kubik.

Berdasarkan penelitian, harga air bersih di ibu kota negara kita ini adalah yang termahal di kawasan Asia Tenggara, bahkan di dunia.

Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yang kalau tidak diantisipasi dengan segera akan berakhir dengan krisis air parah di DKI Jakarta.

Demikian disampaikan Firdaus Ali dari Badan Regulator (BR) Pelayanan Air Minum (PAM) DKI Jakarta. Ironisnya, para pengguna air termahal di dunia tersebut adalah warga miskin yang tidak mendapat akses untuk air bersih dari saluran perpipaan.

Mereka terpaksa membeli air untuk kebutuhan sehari-hari dari jerigen-jerigen yang dibawa oleh penjaja air. Apabila dihitung, harga air jerigen tersebut 37.500–70.000 rupiah per meter kubik. ”Tidak ada orang yang membayar air semahal itu di dunia,” kata Firdaus beberapa waktu lalu.

Tingginya harga air bukan hanya dialami Jakarta. Kota-kota padat penduduk lainnya juga sedang mengalami hal yang sama. Atau paling tidak, sedang menuju nasib yang sama dengan Ibu Kota.

Anggota Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Indah Suksmaningsih, beberapa waktu lalu, menyatakan dengan tarif PAM di Jakarta yang mencapai rata-rata 7.025 rupiah per meter kubik (m3), harga air di Jakarta dinyatakan paling mahal se-Asia Tenggara.

Padahal, menurut anggota BR PAM Riant Nugroho, idealnya harga air yang harus dibayar warga hanya sekitar 1.000 rupiah per meter kubik.

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) DKI Jakarta Ubaydillah membenarkan tingginya harga air di Jakarta.

“Beberapa daerah tidak terjangkau PAM dan tidak bisa menggunakan air tanah karena sudah tercemar,” kata Ubaydillah.

Hal paling memprihatinkan, kondisi ini terjadi di tempat-tempat padat penduduk. Kalau tidak diantisipasi secara serius, tambah Ubaydillah, masyarakat kecil akan semakin menderita.

Dan akses untuk saluran perpipaan hanya bisa dan sudah dinikmati oleh orang-orang menengah ke atas.

Masalah utama dalam pemenuhan kebutuhan air bersih di Jakarta adalah cakupan layanan saluran perpipaan yang masih rendah, kualitas layanan, dan kualitas air bersih yang masih jauh dari standar.

Belum lagi ditambah dengan tingkat kebocoran pipa yang sangat tinggi, yaitu 50,6 persen. Ini menyebabkan hampir separo air bersih dari ledeng terbuang sia-sia dalam perjalanan.

Belum lagi persoalan lain. Misalnya saja yang terjadi pada warga miskin di Jakarta Utara.

Air tanah yang mereka upayakan sudah tercampur dengan air laut sehingga tidak bisa dikonsumsi karena rasanya yang asin. “Akhirnya mereka terpaksa membeli air jerigen dari air ledeng yang harganya tinggi,” tambah Firdaus.

Fenomena membeli air jerigen ini, bukan tidak mungkin, lambat laun akan menghasilkan mafia air. Ketika musim hujan, harga air akan turun, tetapi pada kemarau panjang, harganya meninggi karena harga sudah ditentukan.

Penurunan Tanah

Akibat tingginya harga air bersih serta cakupan layanan dan kualitas layanan PAM yang kurang, masyarakat beralih menggunakan air tanah. Sayangnya, untuk mendapat air tanah, masyarakat mengebor tanah sedalam-dalamnya sehingga permukaan air tanah turun.

Padahal selama ini pengeksploitasian air tanah dalam telah dilakukan terutama oleh industri, perhotelan, dan gedung-gedung perkantoran. Mereka menggunakan air tanah dalam jumlah sangat besar, menyebabkan penurunan permukaan tanah yang parah.

Penurunan permukaan tanah ini kemudian menambah potensi daerah genangan air, penurunan elevasi tanggul di daerah pantai, dan penurunan elevasi sistem drainase (makro dan mikro) sehingga mengurangi fungsi drainase kota serta penurunan fondasi bangunan dan jalan serta jembatan. Semua ini berujung pada satu hal, yaitu bencana banjir.

Berdasarkan parameter perencanaan yang dibuat BR PAM DKI, pada 2015, batas maksimum pengambilan air tanah dalam adalah 20 persen. Tapi hal tersebut tentunya harus diiringi dengan cakupan layanan PAM yang mencapai 80 persen.

Ubaydillah juga menyatakan kekhawatirannya terhadap pengeksploitasian air tanah yang berdampak pada penurunan tanah dan krisis air.

Eksploitasi oleh perusahaan-perusahaan besar bisa sepuluh kali lipat lebih besar daripada rumah tangga. ”Saya minta pemerintah melakukan pencegahan atau pembatasan eksploitasi air,” ujar pria yang akrab disapa Ubay ini.

Selama ini, masyarakat berasumsi bahwa air tanah dalam yang ada di Jakarta berasal dari Bogor.

Tetapi berdasarkan penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Jepang pada 2001-2005, asumsi tersebut terbukti salah. Air tanah yang selama ini diambil merupakan air yang tersimpan selama ribuan tahun dan tidak akan pernah terisi kembali.

Dampak Kesehatan

Dampak lain dari sulitnya mencari air bersih di Jakarta adalah kualitas kesehatan yang tak semestinya. Hal ini disebabkan tidak adanya sistem sanitasi yang baik sehingga hampir seluruh rumah tangga menggunakan septic tank yang ditanam dalam tanah untuk menyimpan kotoran.

”Hampir seluruh air tanah di Jakarta terkontamintasi oleh kotoran tersebut,” ujar Prof Dr Umar Fahmi Ahmadi, Guru Besar Kesehatan Lingkungan Universitas Indonesia.

Apabila masyarakat mengonsumsi air yang tidak memenuhi standar, dampaknya bisa dirasakan langsung oleh setiap konsumen.

Konsumen menjadi sering sakit perut sehingga produktivitas berkurang. ”Untuk itu, penting untuk mencegah daripada mengobati, sambil menuntaskan akar permasalahan kesehatan,” kata Umar.

Dia menambahkan, kondisi air tanah di Jakarta hampir seluruhnya tidak layak minum. ”Hampir semua air tanah maupun air ledeng di Jakarta tidak layak minum,” kata Umar.

Hal ini disebabkan banyak pipa yang sudah tua sehingga perjalanan air ke konsumen terganggu dan tidak terjamin kebersihannya. Kondisi ini bukan hanya terjadi di Jakarta, tapi juga di kota-kota besar Indonesia lainnya.

Penyebab lain tidak higienisnya air minum di Jakarta adalah adanya bakteri coli (Escherichia coli) yang berasal dari kotoran manusia. Sekali lagi, hal ini disebabkan tidak adanya sistem sanitasi yang baik.

Hampir semua rumah tangga menggunakan septic tank yang ditanam di dalam tanah, bersanding dengan sumur. Inilah yang kemudian menyebabkan banyaknya kasus penularan penyakit pencernaan dan tifus. (not/L-4)



Post Date : 29 September 2009