JAKARTA, KOMPAS.com — Mengacu pada rasio pencapaian target kesehatan serta kematian ibu dan bayi dalam kurun waktu 19 tahun terakhir di Indonesia, sulit rasanya bisa mengejar pencapaian target MDGs pada tahun 2015.
Pasalnya, dua sektor ini memuat hampir sebagian besar indikator pencapaian MDGs. Yuna Farhan dari Sekretariat Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Seknas Fitra) mengatakan, salah satu tujuan MDGs adalah menurunkan angka kematian ibu melahirkan hingga sekitar 75 persen dari angka yang didata pada tahun 1990, yaitu sekitar 450 kematian per 100.000 kelahiran hidup.
Dengan demikian, target pada tahun 2015 adalah 110 kematian. Namun, sekarang masih berkisar di angka 228 kematian. Menurut Yuna, angka ini malah bisa lebih tinggi lagi di daerah miskin dan terpencil. "Angka kematian ibu kita masih jauh dari pencapaian MDGs," tutur Yuna dalam diskusi bertajuk 'Target MDGs bagi Capres Terpilih" di Warung Daun Cikini, Selasa (7/7).
Namun, Yuna mengatakan, pencapaian tersebut bukanlah hal yang mustahil jika pemerintahan baru ke depan memiliki komitmen serius dalam mencapai target ini dengan sejumlah langkah praktis. Salah satunya dengan tindakan preventif dengan meningkatkan kualitas perawatan saat proses persalinan bagi si ibu. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa sekitar 60 persen persalinan terjadi di rumah.
Yuna mengatakan, di sinilah upaya pemerintah untuk memperbaiki perawatan di pusat-pusat kesehatan dan menyiapkan serta menambah tenaga persalinan terlatih, baik staf rumah sakit, pusat kesehatan maupun bidan desa.
Satu hal krusial lainnya adalah soal anggaran. Pemerintahan baru diminta lebih realistis untuk mengalokasikan anggaran untuk sektor kesehatan. Pasalnya, anggaran kesehatan di tahun 2009 masih berada di bawah angka dua persen. Persentase belanja fungsi kesehatan pun terus merosot sejak tahun 2007.
Tanpa komitmen yang teguh dalam bidang kesehatan dari pemimpin baru, sulit rasanya mengejar target MDGs tahun 2015 yang telah ditetapkan sendiri.
Post Date : 07 Juli 2009
|