|
Medan, kompas - Warga Kota Medan bagian utara selama bertahun-tahun harus membuat sumur dengan kedalaman di atas 60 meter untuk mendapatkan air bersih untuk konsumsi. Penggalian sedalam itu harus dilakukan karena kondisi air permukaan di kawasan tidak bisa lagi dikonsumsi warga. Warga mengeluhkan kondisi itu karena setelah mengonsumsi air permukaan mereka menderita gatal-gatal dan sakit perut. Air di sini keruh dan rasanya kelat. Jika mandi memakai sabun, tidak keluar busanya. Saat mencuci pakaian busanya juga tidak bisa keluar. Padahal, sebagian besar warga tidak mempunyai sumur bor, kata Syahdan (40), warga Lingkungan 14, Kelurahan Terjun, Kota Medan Belawan, Rabu (1/3), saat ditemui di rumahnya. Kondisi itu memaksa Syahdan membuat sumur bor sedalam 60 meter dengan biaya Rp 5 juta. Di lingkungannya hanya ada lima sumur bor, sementara di tempat itu ada 80 keluarga. Sejak 2004, warga di sekitar lingkungan itu mengambil air di lima sumur. Kondisi serupa terjadi di Kelurahan Desa Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan. Di kawasan pantai itu warga harus menggali sumur bor sedalam 96 meter. Salah satu pemilik sumur bor, Bachtiar (31), menyuplai kebutuhan air bersih untuk 300 keluarga di Lingkungan 3. Di lingkungan ini hanya ada dua sumur bor. Sulitnya mencari air bersih diperparah oleh buruknya sanitasi. Sumur mereka terletak kurang sebelas meter dari tempat pembuangan limbah domestik. Kepala Bidang Bina Teknologi Lingkungan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Sumut Rosdiana Simarmata mengatakan, kondisi itu menyebabkan tingginya angka diare di Sumut. Kondisi air minum pada umumnya masih berada di ambang kewajaran. Namun, bakteri bisa masuk karena warga belum mengerti sanitasi pembuangan dan pengolahan air yang baik, tutur Rosdiana. Selama tahun 2005, Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumut mencatat angka penderita diare 168.072 orang. Jumlah kematian akibat penyakit diare enam orang. Penderita diare terbanyak se-Sumut terdapat di Kota Medan dengan jumlah 38.012 orang. Daerah terbanyak kedua penderita diare terdapat di Kabupaten Simalungun sebanyak 22.438 orang dan kemudian Kabupaten Labuhan Batu sebanyak 14.913 orang. Dinkes Sumut juga mencatat 11 kabupaten/kota dinyatakan kejadian luar biasa (KLB) diare pada 2005 dengan 926 kasus dan angka kematian 25 orang. Tingginya kasus KLB sangat dipengaruhi pola hidup masyarakat. Sebagian warga belum mengerti cara hidup yang sehat, ujar Kepala Seksi Penyehatan dan Matra Dinkes Pemerintah Provinsi Sumut Suherman. (NDY) Post Date : 02 Maret 2006 |