Sulit Air, Sehari Dijatah 2 Jerigen

Sumber:Jawa Pos - 26 Mei 2009
Kategori:Air Minum

KEDIRI- Tak ada yang memungkiri bahwa air adalah kebutuhan utama manusia. Kita pasti tak bisa membayangkan hidup tanpa air. Namun, itulah yang dirasakan penduduk di Dusun Pulerejo, Desa Wonorejo Trisulo, Plosoklaten. Sejak bencana lahar dingin Gunung Kelud, Februari 2008 lalu, mereka kesulitan air. Bahkan, sehari mereka hanya dapat jatah air 2 jerigen. Sehingga sangat kekurangan air.

Aliran deras lahar dari gunung berapi tersebut, menyebabkan rusaknya penampungan air dan pipa-pipa yang mengalirkan air bersih dari sumber mata air di lereng gunung ke desa tersebut. Sekitar 1.500 jiwa pun tak bisa lagi menikmati air bersih lebih leluasa.

Dropping air bersih dari PDAM memang ada, namun tidak datang setiap hari. Itupun tak cukup untuk kebutuhan sehari setiap keluarga, karena mereka hanya dijatah 2 jirigen. (1 jerigen=5 liter, red) per KK. Selebihnya, mereka harus mengeluarkan uang untuk membeli air bersih. Atau jika ingin berhemat, mereka menampung dan menyaring air hujan agar bisa digunakan. Paling untuk mencuci pakaian atau mandi.

"Air dari PDAM nggak datang setiap hari. Jatahnya juga ndak banyak karena harus dibagi, maksimal dua jerigen tiap kepala keluarga," terang Tarmuji, 52, salah seorang warga Wonorejo Trisulo.

Belum lagi apabila dropping air dari PDAM datang terlambat, maka Tarmuji harus membeli air di desa tetangga. Ini karena keluarganya membutuhkan minimal enam jerigen air dalam sehari untuk semua keperluan. Untuk enam jerigen, Tarmuji harus membayar Rp 1.500 sampai Rp 2.000. Itu jika air diangkut sendiri. Bila dikirimkan maka menjadi Rp 6 ribu per 6 jerigen. Bagi seorang petani kecil sepertinya, hal ini tentu sangat memberatkan.

Karena itu, terkadang diapun menggunakan air dari tampungan air hujan. Tampungan yang dibuat dari anyaman bambu yang dibungkus plastik besar tersebut bisa dijumpai hampir di setiap rumah warga. "Ya kadang pakai air hujan yang kita tampung, karena uangnya nggak ada buat beli air," lanjutnya.

Hal serupa dirasakan hampir seluruh warga di sana. Karenanya mereka kini berharap agar bisa mengalirkan air dari lereng Gunung Kelud kembali untuk memenuhi kebutuhan air bersih.

Ketua Himpunan Pemakai Air Minum (HIPAM) Desa Wonorejo Trisulo, Hariyono, mengatakan kebutuhan air bersih tak bisa ditunda lagi. Untuk itu dia mengkoordinasikan warga untuk bergotong royong membangun kembali dam atau bak penampungan air di sumber mata air. "Kami tetap akan lakukan meskipun tidak ada bantuan karena air adalah kebutuhan mendasar, tapi alhamdulilah ada bantuan pihak swasta kami semakin semangat dan mengucapkan banyak terima kasih," papar Hariyono. (ik/im)



Post Date : 26 Mei 2009