Desa Kemantren,Kecamatan Gedeg,Kabupaten Mojokerto patut diteladani.Sebab di desa ini warga telah mampu menyulap sampah tak berguna menjadi barang bernilai ekonomis. Beberapa waktu lalu,sekelompok warga desa ini memulai mengolah sampah plastik menjadi sejumlah barang daur ulang berupa tas,tikar, hiasan bunga dan barang daur ulang lainnya.
Kini,kelompok masyarakat sadar lingkungan ini kembali membuat inovasi pengelolaan sampah organik menjadi pupuk kompos dengan menggunakan media cacing tanah. Sunardi,adalah salah satu tokoh dibalik pengelolaan sampah organik ini.Melalui Pusat Pemberdayaan Lingkungan Terpadu (PPLT) di desanya, ia memulai metode ini dan disebarluaskan ke masyarakat sekitar.
Cacing tanah dia fungsikan sebagai bio mesin yang akan mengubah sampah rumah tangga menjadi pupuk organik dengan kualitas sempurna.” Sampah itu akan menjadi kotoran cacing yang mengandung unsur sempurna sebagai pupuk organik,” terang Sunardi. Pertama,dia menyediakan kotak sampah berukuran sekitar 50x30 sentimeter dengan kedalaman 20 sentimeter yang sudah diberi alas plastik.
Lalu dia memasukkan campuran kompos,nutrisi berupa kotoran hewan dan serbuk gergaji untuk media awal cacing. Media awal itu lantas dicampur dengan air sekitar 250 ml dan diaduk rata.Selanjutnya, kotak sampah ini diberi induk cacing tanah sebesar 1 kilogram.Tiga hari setelah pembuatan kotak sampah organik ini,sampahsampah organik rumah tangga sudah bisa dibuang di sini.
”Cacing tanah itu akan mengurasi sampah menjadi kotoran cacing atau kascing (bekas cacing),”terangnya. Sementara kotoran cacing tanah itu sendiri adalah kompos dengan kualitas tinggi yang bisa dipakai menjadi pupuk tanaman organik.Dalam waktu satu bulan,warga bisa memanen kompos dari tempat sampah ini.Tak hanya itu,cacing tanah akan berkembang biak pesat dan bisa menghasilkan uang.”Dalam sebulan,1 kilogram indukan cacing tanah bisa menjadi sekitar 8 kilo gram,”tukasnya.
Selama ini kata Sunardi, warga bisa mendapatkan satu paket kotak sampah organik ini dengan harga Rp100.000. ”PPLT juga menampung baik kompos maupun cacing tanah yang dihasilkan warga,” tukasnya. Khusus untuk warga,PPLT membeli cacing tanah dengan harga Rp50.000 per kilogram dari panen pertama.Sementara untuk kompos,warga bisa mendapatkan harga Rp700- 1.000 per kilogram.
”Dan sampah ini sama sekali tidak berbau dan ramah lingkungan,” tukasnya. Pengelolaan sampah model ini lanjut Sunardi,tak bisa dianggap remeh.Jika dikelola dengan baik,akan bisa mendapatkan keuntungan yang besar.Pasalnya,warga tak perlu memberikan perawatan khusus.
Dan juga,pertumbuhan cacing tanah di media ini bisa sangat cepat,ditambah lagi penguraian sampah juga cepat dilakukan cacing tanah. ”Hanya dengan membuang sampah dapur di kotak sampah ini,warga bisa memanen cacing tanah dan kompos,” tukasnya. TRITUS JULAN
Post Date : 14 Juni 2011
|