Sudah Saatnya Pakai Teknologi Daur Ulang

Sumber:Media Indonesia - 25 Februari 2011
Kategori:Air Minum

PENYEDOTAN air tanah besarbesaran berdampak buruk. Muka tanah bisa turun (ambles), kualitas air jadi buruk, begitu pun volume air tanah semakin berkurang.

"Yang paling merasakan adalah masyarakat rumah tangga di sekitar itu," ungkap Kepala Bidang Teknologi Pengendalian Pencemaran Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Arie Herlambang, kemarin.

Penyedotan air besar-besaran membuat air tanah dangkal menjadi sedikit. Setiap pergantian musim kering maupun hujan, air di bawah tanah sering naik dan turun mencuci zona pencemaran. Akibatnya, kualitas air tanah menjadi buruk karena tercemar. Selain itu, penduduk susah mendapatkan air.

Oleh sebab itu, ia meminta warga lebih selektif dalam menyetujui persyaratan izin usaha yang tingkat penyedotan air tanahnya tinggi. Contohnya, usaha laundry dan pencucian mobil yang membutuhkan izin tetangga.

Menurutnya, warga sering sembarangan, menandatangani surat izin tetangga untuk suatu usaha tanpa menanyakan informasi lebih jelas berkenaan dengan sumber air yang digunakan.

Giliran usaha sudah berjalan, air tanah tersedot banyak, barulah mereka komplain. Seharusnya warga lebih kritis menanyakan usaha apa, sumber air usaha dari mana, biar jelas. Begitu pun dengan pengolahan limbahnya yang dapat memengaruhi kesehatan warga. Limbah buangan usaha tersebut harus yang terserap ke tanah.

Dalam menghadapi dampak penyedotan air tanah besar-besaran, masyarakat seyogianya mengantisipasi terutama berkenaan dengan volume air yang menurun.

Dengan curah hujan yang cukup besar, masyarakat yang mengalami kelangkaan air sudah saatnya mulai membangun kesadaran menampung air hujan. Misalnya, menampung di bak dengan ukuran 1 meter kubik air atau di bak yang lebih besar.

Hasil tampungan dapat digunakan untuk mencuci dan mandi. "Upaya ini akan menjadi solusi yang efektif. Karena, 80% kebutuhan air rumah tangga untuk mandi dan cuci. Sedangkan untuk minum hanya 10%," jelasnya. Penampungan air hujan sangat bermanfaat bagi permukiman padat penduduk maupun masyarakat kecil yang kesulitan air. Air tampungan bisa digunakan saat-saat darurat, seperti kebakaran dan sebagainya, ketimbang memakai air got. Daur ulang Menurut Arie Herlambang, sejak 20 tahun lalu, kondisi air tanah tidak mampu lagi menyokong kebutuhan masyarakat Jakarta. Karena itu, gedung-gedung pencakar langit maupun usaha-usaha kecil-menengah yang menjadi pelaku utama penyedotan air tanah besar-besaran di Jakarta, harus berbenah dengan memiliki penampungan air hujan dan teknologi daur ulang sendiri.

Gedung-gedung di Singapura sudah melakukannya. Teknologi daur ulang dan penampung hujan yang dimiliki gedung-gedung di negeri jiran itu mampu menyokong kebutuhan air untuk mereka sendiri sebanyak 35%. "Gedung-gedung di Jakarta pun perlu memiliki teknologi tersebut," tandasnya.

Arie mencontohkan, gedung besar di Jakarta rata-rata menyedot air 300 meter kubik per hari. Dengan teknologi daur ulang bisa dihasilkan 100 meter kubik air. Jika ditambah dengan hasil penampungan hujan, sudah cukup untuk mendukung penghematan air.

Teknologi daur ulang dan penampung hujan tidak membutuhkan lahan yang luas sehingga mudah diterapkan. Investasi teknologi daur ulang pun sudah bisa kembali tiga tahun kemudian dari hasil penghematan.

"Gedung-gedung di Jakarta harus mulai melakukan upaya tersebut. Dengan begitu, bisa lebih berhemat air tanah. Penyedotan air dangkal dapat ditekan. Hasilnya, masyarakat luas pun dapat terbantu karena tersedia cukup air." (*/J-1)



Post Date : 25 Februari 2011