Subang Utara Dilanda Banjir Besar

Sumber:Pikiran Rakyat - 15 Januari 2009
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

SUBANG, (PR).- Guyuran air hujan yang terjadi dalam dua hari terakhir ini telah menyebabkan banjir besar yang merendam ribuan rumah serta ratusan hektare sawah dan tambak milik warga, di Kab. Subang bagian utara, Rabu (14/1). Akibat peristiwa itu, kerugian yang diderita warga dilaporkan mencapai miliaran rupiah.

Bukan itu saja, genangan air bah telah memaksa sejumlah warga meninggalkan rumahnya masing-masing. Mereka kini mengungsi di bawah jembatan layang Pamanukan agar terhindar dari sergapan banjir.

Dari pemantauan "PR", daerah yang terendam banjir meliputi Kec. Pamanukan, Legon Kulon, Pusakajaya, Sukasari, dan Blanakan. Sedangkan kecamatan yang menderita kerugian terparah adalah Legon Kulon. Selain 1.230 rumah terendam banjir, di kecamatan itu terdapat 620 hektare tambak dan 633 hektare sawah yang berubah menjadi "lautan".

"Sawah yang terendam sebenarnya masih ada harapan untuk tumbuh. Tetapi jika tambak yang terendam, semua ikan peliharaan kabur. Hal itu yang membuat kerugian kami sangat besar," ujar Sugeng, salah seorang petani tambak asal Desa Mayangan, Legon Kulon.

Bencana banjir menerjang pula 832 rumah milik warga di Kec. Pamanukan serta menenggelamkan 543,5 hektare sawah. Padahal, tanaman padi pada aeral yang terendam baru berusia 10 hingga 50 hari. "Jika genangan tidak surut dalam tiga hari ke depan, dipastikan tanaman padi akan membusuk," kata Tarim, petani di Desa Pamanukan Hilir.

Di bawah "flyover"

Kondisi serupa dialami warga di Kec. Sukasari, Blanakan, dan Pusakajaya. Kendati jumlah rumah yang terendam tidak sebanyak di Legon Kulon dan Pamanukan, bencana banjir telah membuat warga di tiga kecamatan kelimpungan. Pasalnya, ratusan hektare sawah dan tambak milik mereka kini masih menyerupai lautan.

Di Desa Mulyasari, Kec. Pamanukan, bencana banjir telah membuat warga mengungsi ke tempat yang lebih aman. Tingginya genangan air memaksa mereka untuk menggeser tempat tidur ke kolong jembatan layang (flyover) Pamanukan yang terletak sekitar 200 meter dari desa mereka.

Saat ini kondisi para pengungsi terlihat sangat memprihatinkan. Selain tidak ada pasokan makanan, kesehatan mereka pun mulai terganggu. Sejumlah pengungsi tampak tergolek lemah di atas tikar karena terserang penyakit deman. "Hingga sekarang belum ada perhatian dari Pemkab Subang atas penderitaan yang kami alami," ujar Eko, salah seorang pengungsi.

Menurut dia, bantuan baru diterima dari salah seorang calon anggota legislatif berupa 100 bungkus mi instan. Selain itu, belum ada bantuan lain yang diterima para pengungsi dalam jumlah besar. "Untuk makan dan minum, kami mengandalkan para pengguna jalan yang dermawan dan bersedia menyisihkan sedikit rezekinya," tuturnya.

Dia mengatakan, warga Mulyasari mulai menempati kolong jembatan layang sejak Minggu pagi. Waktu itu mereka terpaksa mengungsi kerena air yang menggenangi rumah semakin tinggi. Menurut Eko, air bah yang melanda rumah warga berasal dari luapan Sungai Cipulung yang memang mengalir melintasi Desa Mulyasari. "Air hujan sepertinya tidak bisa langsung mengalir ke laut karena pada saat bersamaan, laut sedang rob," ungkapnya.

Keterangan Eko dibenarkan ketua tim distribusi bantuan Dinas Sosial, Wuryanto. Menurut dia, sumber air yang masuk ke rumah ribuan warga berasal dari luapan sungai dan anak sungai. Air tersebut tidak bisa masuk ke laut karena laut sendiri sedang mengalami pasang (rob).

Dalam kesempatan itu, Wuryanto mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan 40 tenaga taruna siaga untuk membantu para korban banjir. Mereka dilengkapi perlengkapan seperti tenda, perahu karet, dan ribuan karung untuk meninggikan tanggul yang jebol. Ketika disinggung tentang bantuan berupa logistik dan obat-obatan, Wuryanto mengatakan, saat ini logistik dan obat sedang didistribusikan secara bertahap ke lokasi bencana. "Terus terang, kita masih kekurangan logistik dan obat. Mungkin kita akan meminta bantuan ke pemerintah provinsi, termasuk penyediaan karung," katanya. (A-106)



Post Date : 15 Januari 2009