Stop Minum Air PDAM

Sumber:Indopos - 01 November 2007
Kategori:Air Minum
SURABAYA- Setidaknya dalam dua hari ke depan, sebaiknya warga metropolis tidak mengkonsumsi air PDAM. Sebab, tingkat pencemaran Kali Surabaya sudah tinggi. Peringatan itu disampaikan Direktur Utama PDAM Surabaya, Muhammad Selim, kemarin.

Secara kasat mata Kali Surabaya sangat keruh dan berbau amis. Tingkat kekeruhannya 1--4 ntu (satuan kekeruhan). Meski sudah diproses di instalasi, PDAM belum mampu mengatasi kekeruhan dan bau tersebut. "Tentu saja hal ini dikhawatirkan berimbas terhadap kesehatan, misalnya sakit perut," kata Selim.

Selain itu, kandungan organik juga cukup tinggi, mencapai 7 ppm (particle per million). Padahal, biasanya berkisar 4 ppm.

Diakui Selim, PDAM tak mampu berbuat banyak. Yang bisa dilakukannya saat ini adalah menambah chlorine dalam pengolahan air agar tingkat kekeruhan air dan bau amis berkurang. Tapi, bau kaporid sangat terasa. "Dari pada masyarakat terganggu kesehatannya, lebih baik tidak mengonsumsi dulu," katanya.

Dia lantas menunjuk foto sampel air berwarna kuning kecokelat-cokelatan. "Air ini diambil dua hari lalu. Lihat betapa keruhnya," kata Selim. "Ini adalah air baku yang harus kami olah sedemikian rupa hingga seperti ini," lanjut dia sambil menunjuk air dalam gelas di mejanya.

Sebetulnya, kata Selim, produk air PDAM masih di bawah ambang batas kesehatan. Namun, pihaknya merasa perlu melakukan imbauan tersebut sebagai langkah antisipasi. Secara moral PDAM merasa bertanggung jawab terhadap 2,7 penduduk Surabaya.

Kondisi sungai di Surabaya saat ini dinilai lebih parah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Musim hujan yang segera tiba dikhawatirkan bakal memperparah tingkat pencemaran. Sebab, di musim hujan, tingkat pembusukan dalam air lebih cepat. "Ditambah para pencemar yang sering membuang polutan di air. Belum lagi perilaku warga sekitar sungai. Tingkat pencemaran makin menjadi-jadi meski dibarengi banyaknya curahan air hujan," terang alumnus Teknik Kimia ITS itu.

Mengolah air baku kualitas rendah itu, bagi PDAM cukup menyulitkan. Sementara Perum Jasa Tirta sebagai penyuplai air tidak dapat berbuat banyak terhadap para pencemar karena tidak punya kewenangan.

Apalagi, keluh Selim, kontrak perjanjian dengan Jasa Tirta dinilai melemahkan posisi PDAM. Sebab, dalam pasal 4 perjanjian itu disebutkan kualitas air yang direkomendasi Gubernur adalah tipe B. Namun, faktanya suplai air dari Jasa Tirta selalu bertipe C.

Padahal, biaya yang dikeluarkan PDAM tak sedikit. Tahun 2005, PDAM harus membayarkan Rp 40 -- Rp 50 per meter kubik air. Tahun berikutnya biaya itu naik menjadi Rp 66 per meter kubik. "Namun, kenaikan itu belum saya setujui. Sebab, kami meminta garansi kualitas air. Dengan adanya pencemaran ini, kami menyayangkan Jasa Tirta tidak bisa berbuat apa-apa," ujarnya.

Bila dikalkulasikan, biaya yang dikeluarkan PDAM untuk air baku mencapai Rp 20 miliar per bulan. Sedangkan kerugian yang harus ditanggung untuk biaya chlorine, sekitar Rp 500 juta per tahun.

Selain itu, PDAM masih dibebani pajak air permukaan yang ditarik oleh pajak provinsi sebesar Rp 25 per meter kubik. "Sementara jika kami mau menaikkan tarif, masyarakat komplain. Padahal, beban biaya produksi kami tinggi, apalagi dengan adanya pencemaran ini," ujar pria asli Bondowoso itu.

Karena itu, PDAM bakal melayangkan surat kepada Jasa Tirta untuk meminta pertanggung-jawaban. "Persoalan pencemaran selalu terjadi tiap tahun. Kini, saatnya berbagai pihak mencari solusi," katanya.

Apa dampaknya bahan baku air minum kualitas rendah itu terhadap kesehatan? "Bisa menjadi pencetus penyakit infeksi atau noninfeksi," kata dr Sulistiawati MKes, staf pengajar Fakultas Kedokteran Unair.

Penyakit noninfeksi itu biasanya muncul karena banyaknya kandungan logam berat dalam tubuh. Misalnya, merkuri, timbal, dan cadmium. Khusus merkuri, bisa mempengaruhi saraf pusat.

"Pada ibu hamil, bayinya bisa cacat atau malah keguguran," jelas Sulis, panggilan akrab Sulistiawati.

Pada orang dewasa, kandungan merkuri berlebih pada tubuh bisa menyebabkan penyakit pada saraf perifer. "Lama kelamaan bisa terjadi kelumpuhan," imbuhnya.

Sedangkan penyakit infeksi yang bisa muncul antara lain diare atau tipus. Penyakit itu muncul karena tubuh terinfeksi kuman, virus, dan bakteri.

Sulis memisalkan diare. Salah satu bakteri yang menyebabkan diare adalah e-coli. Bakteri tersebut bisa bermanfaat dan merugikan. Bila berada di tubuh dalam jumlah banyak, bakteri itu akan merugikan. "Bakteri tersebut bisa membuat kita diare terus, " ungkapnya.

Selain e-coli, diare juga bisa muncul karena virus rota. Virus yang menyerang saluran pencernaan manusia tersebut memang membutuhkan media air untuk hidup. Bila kurang menjaga kebersihan makanan dan minuman, sangat rawan terkena diare. Begitu pula dengan yang kurang menjaga kebersihan sanitasi lingkungan, terutama saat pergantian musim

Lalu bagaimana dengan masyarakat yang konsumsi ikan mabuk? Menurut Sulis, harus dilihat dulu mengapa ikan tersebut mabuk. Jika ikan mabuk karena menipisnya kandungan oksigen (O2) dalam air, aman dikonsumsi.

"Yang harus diwaspadai adalah, jika ikan mabuk karena bahan kimia," katanya. "Jika terkandung bahan kimia, sebaiknya jangan dikonsumsi," lanjutnya. (kit/zul/cie)



Post Date : 01 November 2007