|
jakarta, kompas - Jakarta Utara yang pada kondisi normal acap kali dirundung kesulitan air bersih, kini akibat banjir keadaannya sudah berada pada titik kritis. Ada sebagian besar pengungsi di beberapa lokasi penampungan kesulitan air minum serta air untuk berbagai kebutuhan lain, seperti mandi, cuci, dan kakus. Ratusan pengungsi di Gelanggang Olahraga (GOR) Remaja Jakarta Utara di Jalan Yos Sudarso, misalnya, meski mendapat jatah makan dua kali sehari, tetapi tidak diberi air minum. "Kami tidak diberi air minum. Air untuk mandi, cuci, dan kakus saja sering tidak mengalir," kata Sabar (33) dan istrinya, Sakira (25). Persoalan serupa juga terjadi di SDN 01 Pagi, Kelapa Gading, tempat pengungsian yang menampung 493 orang. Demikian pula di Stadion Tugu yang menampung 1.500 orang, SMAN 92 di Semper Barat yang dihuni 450 orang, serta lapangan bulu tangkis Kali Baru dan Kantor Kelurahan Sukapura yang menampung total 523 orang. "Jangankan mandi, cuci dan kakus, untuk minum saja susah air," kata Lukman (35) di Stadion Tugu. Wali Kota Jakarta Utara (Jakut) Effendi Anas menyatakan, pascabanjir tidak ada satu pun air sungai dapat diolah menjadi air bersih meski ada teknologi pendukungnya. "Semua air sungai di wilayah ini tidak layak diolah menjadi sumber air bersih, air minum," kata Effendi Anas. Dia menyebutkan, air bersih menjadi masalah besar bagi pengungsi di Jakarta Utara. Rencananya, di wilayah itu akan ditempatkan 20 hidran di 10 titik untuk menampung air bersih, tetapi sumber airnya belum ada. Alamsyah (55), warga Kayu Putih, Jakarta Timur, mengatakan, terpaksa membeli air bersih yang dijual dengan jeriken oleh para pedagang. Satu jeriken isi 20 liter ia beli seharga Rp 5.000. Warga korban banjir juga membutuhkan pakaian layak pakai. Persediaan pakaian mereka terbatas, sementara bantuan pakaian layak pakai yang sampai ke tangan pengungsi selalu habis. Karena krisis pakaian, sejumlah warga menderita gatal-gatal. "Dari seluruh kebutuhan pengungsi, pakaian layak pakai paling mendesak. Mereka hanya membawa pakaian seadanya saat mengungsi. Sementara mereka sudah bertahan selama seminggu," kata Sekretaris Kelurahan Pondok Bahar Tatang Rastandi Tatang menuturkan, pakaian layak pakai milik pengungsi tersedia dalam jumlah terbatas. "Pengungsi bertahan dengan pakaian seadanya. Sebagian besar pakaian mereka basah. (CAl/HLN/cas/NDY) Post Date : 09 Februari 2007 |