|
SOLO (KR) - Meski kota Solo tidak memiliki sumber air alami, namun suplai air bersih atau pun air siap minum tak perlu dikhawairkan. "Kami sudah memiliki dua unit mobil pengolah air siap minum dan mobil pengolah air bersih dengan bahan baku air sembarangan, dan bisa dioperasionalkan secara mobile," ungkap Direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Solo, Abimanyu BE, menjawab wartawan usai ujicoba unit mobil pengolah air siap minum di Balekambang Solo, kemarin. Saat ujicoba tersebut, air baku dari kolam yang kotor, setelah diolah melalui unit mobil pengolahan, berubah menjadi air siap minum dengan kandungan unsur-unsur sesuai baku mutu air minum. "Saya jamin, air ini sehat dan sungguh sungguh siap minum. Tinggal anda berani atau tidak, karena adanya beban psikologis setelah melihat air baku sebelum diolah. Kalau saya sudah minum air hasil olahan itu sejak tadi pagi," ujarnya meyakinkan. Dengan kondisi alam Kota Solo yang tidak memiliki sumber air alami, sementara masyarakat memerlukan pelayanan air bersih, jelasnya, langkah terobosan dengan memanfaatkan teknologi mesti dilakukan. Dari situlah, kemudian PDAM Solo menjalin kerja sama dengan Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI) Mikael Solo, membuat mobil pengolah air siap minum yang kini siap dioperasikan. Dengan begitu, apa pun kondisi air yang dijadikan air baku, seperti Bengawan Solo dan anak-anak sungainya, atau pun genangan air bisa dimanfaatkan menjadi air bersih atau pun air siap minum, tergantung pada kebutuhan masyarakat. Kalau masyarakat memerlukan suplai air bersih, mobil yang dioperasikan adalah unit mobil pengolah air bersih, demikian juga jika yang diperlukan masyarakat adalah air siap minum. Dengan kapasitas produksi 4 meter kubik per jam, diyakini jika mobil ini dioperasikan selama 12 jam akan diperoleh air sebanyak 50 meter kubik dan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Rencananya, ujicoba akan dilakukan di beberapa wilayah Kota Solo yang rawan kekurangan air bersih atau pun air siap minum, seperti kawasan Kadipiro, Banyuanyar, Jurug, Balekambang dan sebagainya. Unit mobil pengolah air bersih dan unit mobil pengolah air siap minum ini, menurutnya, lebih sebagai misi sosial, meski harga mobil pengolah air siap minum itu mencapai Rp 200 juta per unit. "Sebagai sebuah perusahaan daerah, misi bisnis memang harus dilakukan, tapi dalam kaitan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan air, misi sosial mesti juga dilakukan," ungkapnya. Seperti halnya penyediaan air siap minum di jalan umum depan kantor PDAM Solo yang bisa diakses siapa pun secara gratis sejak enam bulan lalu, akan dikembangkan di wilayah lain, minimal satu kecamatan satu unit. Yang jelas, sampai saat ini pendapatan PDAM Solo mampu menutup seluruh biaya operasional, baik yang bersifat bisnis maupun sosial. Menjawab pertanyaan tentang target keuntungan PDAM Solo, Abimanyu menyungkapkan, sampai sekarang tak menjadi persoalan. Sejak tahun 2002, jelasnya, PDAM Solo mampu meraih keuntungan sebesar Rp 1,5 miliar, dan tahun ini ditargetkan pada kisaran Rp 3 miliar - Rp 4 miliar. (Hut)-d. Post Date : 05 Agustus 2006 |