|
KOTA Solo merupakan wilayah yang paling parah terendam banjir. Luapan Sungai Bengawan Solo merendam rumah warga hingga tiga meter. Banjir ini merupakan yang terbesar sejak tahun 1966. Ribuan warga terpaksa mengungsi ke lokasi-lokasi yang dianggap aman. Untuk Solo, memang ada sejumlah wilayah yang dilewati sungai Bengawan Solo, jelas Kepala Badan Informasi dan Komunikasi Pemkot Solo Purnomo Subagyo,kemarin. Tim SAR yang terdiri dari Tim Solo Emergency Response Unit (SERU), aparat Polri dan TNI, serta warga yang menggunakan peralatan seadanya membantu evakuasi warga. Mereka menggunakan perahu karet menyisir satu persatu rumah yang terendam. Sejumlah warga kepada SINDO menuturkan, air masuk ke dalam rumah sejak pukul 04.00 WIB. Marsudi, 50,warga Joyotakan RT5/6,Serengan,Solo mengatakan, dirinya sempat mengungsi di rumah tetangganya yang belum kebanjiran. Tapi,karena air sudah mencapai dua meter,saya malah terjebak dan tidak bisa kemana-mana. Tadi saya diangkut dengan perahu karet oleh Tim SAR dan diantar ke tempat pengungsian,ujarnya. Dari Sragen, hujan deras yang terjadi sejak Selasa(25/12) malam hingga Rabu (26/12) pagi menyebabkan sebagian wilayah Sragen terendam. Luapan air anak sungai Bengawan Solo menerjang pemukiman penduduk di sekitar kawasan sungai. Akibatnya, ratusan rumah di beberapa kecamatan seperti Masaran, Sidoharjo,Tanon, Sukodono, Ngrampal, Karangmalang, Jenar, dan Tangen, terendam air. Banjir juga menyebabkan arus lalu lintas Solo - Surabaya lumpuh. Sementara itu, sedikitnya 8 kecamatan di Kab Grobogan, kemarin diterjang banjir.Kendati tidak ada korban jiwa, genangan air setinggi 2 meter menyebabkan ribuan hektare sawah dan permukiman warga terendam air. Banjir juga melumpuhkan arus lalu lintas ke arah Grobogan dari Solo, Semarang, Pati, dan Blora. Keterangan yang dihimpun SINDO menyebutkan, air mulai meluap dari Sungai Lusi, pada Rabu (26/12) sekitar pukul 02.00 WIB dini hari. Meluapnya sungai tersebut disebabkan tingginya debit air yang mengalir di kawasan hulu yang meliputi Sragen dan Blora. Selain menggenangi wilayah pedesaan, akses sejumlah jalan protokol ikut tergenang. Sejumlah perkantoran yang ada di alun-alun, ikut terendam setinggi 50 cm. Sekitar 200 pasien RSUD Purwodadi di lantai 1 kemarin dievakuasi ke lantai 2. Menurut anggota Tim SAR Grobogan, Mustamin, air mulai membanjiri pemukiman dan persawahan pada pukul 02.00 WIB di Kec Geyer dan Toroh. Selanjutnya banjir merembet ke Purwodadi, Grobogan, Brati, Klambu dan Penawangan dan Wirosari. Kita sejak Rabu dini hari lalu sudah pantau di Geyer, baru paginya kita lakukan evakuasi warga yang rumahnya tergenang, kata Mustamin, kepada SINDO,kemarin. Banjir yang melanda Pantura Jawa juga sempat melumpuhkan arus lalu lintas di wilayah itu. Di perbatasan Tegal-Pemalang,tepatnya di Jalan Raya Warurejo,banjir setinggi 0,5 meter mengakibatkan arus dari dua arah mengalami kemacetan hingga enam jam. Menurut warga, luapan Sungai Plawangan mulai menggenangi areal persawahan di sepanjang jalur pantura pada pukul 04:00 WIB. Berselang satu jam kemudian, limpahan air mulai membanjiri jalur utama lalu-lintas. Ketinggian air sempat mencapai 0,5 meter sehingga banyak kendaraan yang macet, ujar Tasirin, petugas bantuan polisi (Banpol) yang bersiaga di Pos 01, Babadan,kemarin. Pekalongan, ratusan rumah warga terendam air, kemarin. Banjir akibat hujan deras semalam menyebabkan satu warga tewas terseret air sungai. Korban tewas bernama Slamet, 60, warga Desa Sapugarut, Kec Buaran, Pekalongan. Jenazah korban ditemukan sekitar pukul 11.00 WIB, kemarin. Korban tidak bisa menyelamatkan diri terbawa arus sungai. Banjir Jawa Timur Sementara dari Jawa Timur, banjir sedikitnya merendam 16 kabupaten/ kota. Di wilayah Kota Madiun, banjir setinggi lutut sampai perut orang dewasa melanda Kec Kartoharjo, Mangunharjo, dan Kec Taman. Banjir yang terjadi sejak pukul 05.00 WIB menggenangi jalan-jalan utama di Kota Madiun yakni Jalan Pahlawan,Jalan Sumatera, Yos Sudarso, dan Jalan Jawa. Akibatnya, akses lalu lintas masuk dan keluar Kota Madiun lumpuh total. Bencana banjir paling besar sejak tahun 1973 ini sempat mengakibatkan kepanikan warga Kota Madiun. Menurut Sumiati, 42,warga Kelurahan Rejomulyo, banjir mulai datang sekitar pukul 05.00 WIB. Awalnya, banjir hanya setinggi lutut tapi lama kelamaan semakin membesar dan meninggi. Ketinggian banjir sudah sampai perut orang dewasa terutama di kawasan Perumahan Rejomulyo, ujar Sumiati ditemui SINDO,kemarin. Di Wilayah Kab Madiun, banjir akibat luapan Sungai Madiun melanda wilayah Kec Madiun,Balerejo, dan Caruban. Pemukiman penduduk yang berada di bantaran dan sepanjang Sungai Madiun terendam air hingga setinggi 1 meter. Selain itu, banjir juga mengakibatkan ribuan hektar tanaman padi yang baru berumur 2-3 bulan terendam air dan terancam gagal tanam. Selain itu, banjir juga mengakibatkan perjalanan empat Kereta Api (KA) yang hendak masuk ke Stasiun Besar Madiun terhambat. Sebab, sepanjang jalur rel kereta api mulai Walikukun (Ngawi) - Paron- Kedunggalar-Madiun-Nganjuk tergenang banjir. KA yang terhambat perjalanannya yakni KA Gajayana jurusan Tanah Abang- Madiun, KA Berantas jurusan Jakarta ke Kediri, KA Mutiara Selatan jurusan Bandung ke Surabaya dan KA Turangga jurusan Bandung ke Surabaya. Di Ngawi, bencana banjir melanda wilayah Kec Karangjati, Kwadungan, Sine, Geneng, Padas, Kaseman, Paron, dan Mantingan. Banjir mengakibatkan jalur utama Ngawi (Jawa Timur) - Sragen (Jawa Tengah) lumpuh total akibat jalur di kawasan Kec Mantingan, Kab Ngawi, digenangi air setinggi 1 meter.Hingga kemarin, arus lalu lintas baik dari Ngawi menuju Solo dan sebaliknya dari arah Solo menuju Ngawi lumpuh total. Petugas Polres Ngawi yang berada di lokasi mengatur arus lalu lintas dan mengalihkan kendaraan ke jalur alternatif. Menurut Iptu Suharman, petugas Polsek Mantingan, kemacetan di jalur Ngawi-Solo terjadi sejak pukul 06.00 WIB tadi pagi.Sampai saat ini kami masih mengatur arus lalu lintas dari Ngawi yang hendak menuju ke Solo. Untuk sementara, jalan yang tergenang banjir ditutup dan pengendara dialihkan ke jalur alternatif,ujarnya. Di Wilayah Kab Magetan,banjir menerjang lima kecamatan yakni Kec Kartoharjo, Ponco, Lembehan, Kartohardi, dan Kec Takeran. Banjir merata melanda wilayah Kab Magetan setinggi 1-2 meter. Sementara itu sekitar pukul 16.00 WIB kemarin,jembatan Damjati di Desa Semen, Kecamatan Nguntorongadi, Kabupaten Magetan, ambrol. Akibatnya, sekitar 20 warga dinyatakan hilang karena hanyut terbawa air sungai. Hingga saat ini,tim Satlak Pemkab Magetan bersama petugas Polres Magetan masih melakukan pencarian. Menurut Kasi Ketahanan dan Ketertiban (Tantib) Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) Kabupaten Magetan,Sudaryo, kejadian tersebut berawal dari sejumlah warga yang melihat meluapnya air sungai di atas jembatan Damjati. Saat melihat air sungai meluap, tiba-tiba jembatan tersebut ambrol dan sejumlah warga jatuh ke dalam sungai sehingga terseret arus air, ujarnya dihubungi SINDO,kemarin. Menurut dia,warga beserta belasan sepeda motor miliknya yang juga ikut hanyut terbawa arus air sungai tersebut hingga kemarin sore belum bisa ditemukan. Hingga saat ini kami beserta pihak kepolisian masih melakukan pencarian para korban tersebut, ujarnya. (TIM SINDO) Post Date : 27 Desember 2007 |