|
SOLO (KR) - Pemerintah Kota (Pemkot) Solo akan mendirikan pabrik pengolah sampah menjadi pupuk organik, menyusul kapasitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putricempo, Mojosongo semakin mengecil, sementara produksi sampah cenderung meningkat. "Sudah ada empat investor mengajukan tawaran kerja sama dengan Pemkot Solo untuk mendirikan pabrik pengolah sampah, dan seluruhnya memang memiliki spesifikasi usaha di bidang pengolahan sampah," jelas Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Solo Ponco Wibowo SH, menjawab wartawan di ruang kerjanya, belum lama ini. Pendirian pabrik pengolah sampah, jelasnya, memang sangat mendesak sebab hanya dalam tempo dua atau tiga tahun ke depan jika pola pembuangan sampah seperti dilakukan selama ini, sampah akan menjadi persoalan pelik. Di satu sisi produksi sampah terus meningkat rata-rata 10 persen per tahun, sedangkan Solo sudah tidak memiliki lahan lagi sebagai tempat pembuangan akhir sampah. Karenanya, saat ini juga DKP berkoordinasi dengan instansi terkait, seperti Badan Perencanaan Daerah (Bappeda), Dinas Tata Kota (DTK), Kantor Lingkungan Hidup (LH), Kantor Asset, dan sebagainya membentuk tim teknis. Tim tersebut nantinya bertugas menyelenggarakan lelang guna menentukan investor yang dinilai layak menjadi mitra kerja Pemkot Solo merealisasikan rencana pendirian pabrik pengolah sampah. Diproyeksikan, pada awal tahun 2007 nanti, nota kesepahaman sudah bisa ditandatangani, dan tahun 2008 pabrik tersebut sudah mulai beroperasi. Diakui, sebuah pabrik pengolah sampah akan efektif manakala kapasitas produksi dengan bahan baku sampah setiap hari mencapai 400 ton. Padahal, produksi sampah di Kota Solo saat ini baru mencapai 265 ton, sehingga belum mampu memasok kebutuhan bahan baku sampah. Untuk itu, Pemkot Solo juga menjajagi kerja sama dengan daerah sekitar, seperti Karanganyar, Sukoharjo dan sebagainya untuk ikut memasok sampah ke Solo. "Saya kira untuk bahan baku tak menjadi soal, sebab daerah sekitar Solo juga mengalami persoalan sama dalam hal penanganan sampah, menyusul keterbatasan lahan serta persoalan non teknis lainnya, " ujarnya. Menjawab pertanyaan investasi untuk mendirikan pabrik pengolah sampah, Ponco Wibowo memprediksikan sekitar Rp 114 miliar. Dengan investasi seperti itu, jalan terbaik adalah menjalin kerja sama dengan swasta yang benar-benar profesional di bidang itu. Kalau pun Pemkot Solo misalnya mampu membangun pabrik dengan biaya sendiri, dipastikan akan menghadapi kesulitan di bidang pemasaran. Berdasar pengamatan global terhadap investor yang telah memasukkan penawaran, tambahnya, sudah memiliki pasar yang jelas, yakni di Kanada. Bahkan salah satu investor yang kepemilikan modalnya sebagian berasal dari modal asing, telah memiliki pabrik pengolah sampah raksasa di Cina, dan seluruh produk diekspor ke Kanada. "Keputusan akhir nantinya diserahkan kepada Tim Teknis yang akan mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk share investasi sehingga saling menguntungkan," jelasnya. (Hut)-b Post Date : 08 Agustus 2006 |