TANGERANG -- Pemerintah Kabupaten Tangerang menurunkan tim ke Singapura untuk melakukan studi banding tentang sistem pengolahan sampah di Negeri Singa itu dengan sistem yang ditawarkan pemerintah DKI Jakarta yang nanti akan diterapkan di Ciangir, Legok, Tangerang. "Kami harus benar-benar mendapatkan informasi yang benar sebelum menyetujuinya," ujar Bupati Tangerang Ismet Iskandar kepada Tempo kemarin.
Menurut Ismet, tim yang berangkat sejak kemarin antara lain Kepala Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kabupaten Tangerang, Kepala Badan Perencanaan Daerah, serta perwakilan dari Holding Company Kabupaten Tangerang.
Selama tiga hari di Singapura, tim itu akan berkunjung ke Sembawang Cooperation, 30 Hill Street, dan Tuas Incineration Plant, 98 Tuas South, Avenue 3, Singapura, untuk melihat secara langsung pengolahan sampah dengan sistem insinerator. "Sistem pengolahan sampah di Singapura hingga habis (zero waste)," tutur Ismet.
Ismet menuturkan, hingga saat ini Pemerintah Kabupaten Tangerang masih mempertimbangkan kerja sama pengolahan sampah terpadu dengan teknologi modern yang ditawarkan oleh pemerintah DKI Jakarta.
Jakarta menawarkan pengolahan sampah dengan sistem sanitary landfill, yakni pengelolaan sampah dengan cara ditumpuk dan dipendam dalam tanah (bungker). "Kami masih ragu dengan sistem itu karena sampah masih tersisa," ujar Ismet. Kabupaten Tangerang, kata Ismet, tetap menginginkan pengolahan sampah di Ciangir menggunakan sistem insinerator, yaitu mengolah sampah hingga tidak tersisa.
Hasil dari Singapura itu, kata Ismet, akan menjadi pertimbangan apakah kerja sama dengan DKI Jakarta disetujui atau tidak. Dia menilai Singapura sudah berhasil menerapkan pengolahan sampah tanpa sisa.
Keberangkatan tim itu diprotes oleh warga Desa Ciangir. Sebab, mereka tidak diikutsertakan. "Bagaimana mungkin mendapat dukungan dari warga? Untuk hal seperti ini saja warga sudah tidak dilibatkan," kata Kepala Desa Ciangir Suherdi. Joniansyah
Post Date : 10 Juli 2009
|