Sistem Drainase Tak Teratur

Sumber:Kompas - 13 Januari 2007
Kategori:Drainase
Batam, Kompas - Hujan dan sistem saluran pembuangan air yang tidak baik dan teratur di Batam mengakibatkan banjir di banyak tempat. Para buruh pun terhambat datang ke pabrik atau tempat kerja karena transportasi terganggu akibat jalan penuh dengan genangan air.

Dari pengamatan Kompas, akibat hujan yang terjadi sepanjang hari, air menggenangi saluran pembuangan air atau gorong-gorong. Namun, karena saluran air tersumbat dan tidak teratur, air tumpah ke jalan-jalan raya dan mengakibatkan genangan atau banjir.

Saluran tersumbat oleh tanah atau pepohonan, atau buntu sehingga air tertahan di suatu area dan tidak dapat mengalir ke laut. Misalnya, di dekat perempatan simpang lampu merah kabil, simpang jam, jalan di dekat kawasan industri Panbil, dan beberapa kawasan di Batuaji, Mukakuning, dan Tanjung Piayu.

Bahkan, beberapa kawasan perumahan, seperti perumahan Taman Raya, Batam Centre, sudah tergenang air. Rumah liar (ruli) seperti di Kampung Aceh, pun tergenang.

General Manajer kawasan industri Batamindo John Sulistiawan mengatakan, ada beberapa hal yang menyebabkan banjir. Salah satunya memang sistem saluran air. "Namun, saya bukan ahli drainase dan tidak mengerti apa saluran terlalu kecil dan tidak dalam. Yang jelas, berbeda dengan Singapura, sistem saluran air lebih dalam dan tertata rapi," kata John.

Selain itu, lanjut John, penyebab lain yang mungkin memicu banjir di Batam adalah pohon-pohon di daerah yang seharusnya menjadi resapan air ditebang untuk berbagai proyek pembangunan. "Tahun lalu, ada empat atau lima pabrik yang terendam akibat banjir," katanya.

Wakil Ketua Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Batam Anto Sujanto mengatakan, akibat banjir dan air yang menggenangi di beberapa ruas jalan, para buruh terlambat datang ke tempat kerja.

"Mereka terlambat dua sampai tiga jam karena mesin sepeda motor mati atau tidak ada transportasi karena sopir angkutan kota tidak berani melintasi daerah yang banjir," kata Anto.

Para buruh pun terancam kehilangan mendapatkan uang kerajinan. Menurut Anto, di banyak pabrik ada uang kerajinan atau insentif yang diberikan oleh perusahaan jika buruh tidak terlambat datang ke pabrik atau tempat kerja selama satu bulan penuh. Insentif berupa uang itu pun diterima bervariasi. "Ada Rp 50.000 per bulan dan ada juga Rp 100.000 per bulan. Lumayan buat tambahan," katanya. (FER)



Post Date : 13 Januari 2007