TAPANULI TENGAH(SI) – Hujan deras yang mengguyur wilayah Tapanuli Tengah (Tapteng) sejak Minggu (21/2) sore hingga dini hari kemarin mengakibatkan ratusan rumah di enam desa di Kecamatan Kolang terendam air bercampur lumpur setinggi 1–1,5 meter.
Sejauh ini belum ditemukan korban jiwa akibat banjir tersebut.Namun, banjir yang dipicu meluapnya Sungai Aek Mompang dan Aek Raesan, Kolang, mengakibatkan puluhan ton gabah petani di enam desa rusak terendam air bercampur lumpur. Banjir juga memutuskan akses jalan. Berdasar pantauan harian Seputar Indonesia (SI), banjir baru surut menjelang siang kemarin.Para warga pun mulai berbenah membersihkan sisa banjir yang bercampur lumpur, sampah,dan bangkai hewan. Berdasar keterangan warga, banjir yang melanda kawasan ini baru pertama kali terjadi.
Karena itu, ratusan kepala keluarga (KK) yang tinggal di sejumlah Desa Lobu Harambir, Dusun Labuan Nasonang, Dusun Sidua Rupa, Dusun Kampung Lama, Dusun Sigoringgoring, Kampung Melayu,Dusun II, dan Dusun V terkejut serta ketakutan. Sebagian besar warga memilih mengungsi ke tempat yang lebih tinggi di kawasan perbukitan Sipakpahi. Namun, sebagian lagi memilih bertahan di rumah karena rumahnya lebih tinggi daripada ketinggian banjir. ”Ini merupakan kejadian pertama dan kami tidak menduga akan terjadi peristiwa seperti ini,” tutur warga Desa Hurlang,Tarsif Tarihoran,45.
Sementara itu,warga Dusun V, Janus Ritonga, 44, menyatakan, banjir besar seperti ini biasanya datang setiap 10 tahun sekali di kawasan ini.”Namun, banjir kali ini rasanya belum ada 10 tahun dari banjir sebelumnya,”ujarnya. Sementara itu,warga Desa Sibuhuan, Kecamatan Kolang, Lasma Nababan,51,yang berprofesi sebagai petani tidak bisa menutupi kesedihannya akibat banjir tersebut. Sebab, sejumlah gabah hasil panennya baru-baru ini rusak terendam air. ”Untuk mengurangi kerugian, saya menyisihkan gabah yang masih bisa dijual dengan cara mencuci sehingga sisa-sisa lumpur yang menempel di gabah terbuang dan tidak lengket,”ungkapnya.
Dari lima desa yang dilanda banjir, Desa Sibuhuan merupakan daerah yang terparah dilanda banjir dengan ketinggian air mencapai 1,5 meter.Hingga kemarin,sisa banjir masih menghiasi pekarangan warga dan aktivitas ibadah di desa ini pun terganggu karena badan jalan dan pekarangan rumah ibadah di desa ini masih digenangi air. Sementara itu, Pemkab Tapteng bekerja sama dengan satuan Koramil Kecamatan Kolang mulai mendirikan tenda posko penanggulangan bencana alam untuk mengantisipasi banjir susulan, mencari tahu ada atau tidaknya korban jiwa serta mengalkulasi kerugian warga akibat banjir.
”Korban belum dapat kami ketahui, kami masih cari tahu kepastiannya” ungkap Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Kolang Ajun Komisaris Polisi (AKP) Asmarullah. (jonny simatupang)
Post Date : 23 Februari 2010
|