|
MAU bilang apa kek, pokoknya kalau nama bulan sudah pakai akhiran "ber", memang saat tibanya musim hujan yang "ber-ber-ber". Hujan panglaris sudah mulai menunjukkan gejala basah dan bikin genangan air. Misalnya waktu hujan hari Senin (29/11) lalu, Jakarta mulai terlihat basah kuyup dan genangan air terjadi di lima wilayah kota. Konon, konsentrasi genangan air itu jumlahnya makin membanyak, dibanding taon-taon yang sudah-sudah. Namun ancaman banjir tahunan yang langganan itu, masih dianggap belum perlu diribut-ributkan. Mungkin pejabat penting Pemprov DKI Jakarta, pade belon ngeh kalau sebagian kotanya ini bakalan terendam air lagi. Jakarta bakalan kena banjir! Jakarta bakalan menjadi kota genangan. Malah genangan air katanya makin meluas dan membahayakan. Sebab genangan air itu, memang air yang terkumpul di daerah cekungan. Lalu benda cair itu diam tenang-tenang dan tidak bergerak-gerak. Sebab air genangan itu berbeda dengan sergapan air banjir yang mendadak, lalu bisa reda dan surut sendiri. Air genangan ini berbahaya berat. Sebab, air genangan itu bakalan ngerusak benda yang direndam dan digenanginya. Juga air genangan itu bisa mengundang sumber penyakit, serta merusak infrastruktur yang ada, termasuk instalasi listrik. Lebih dari itu, genangan air itu bakalan ngeganggu kualitas hidup warga yang tinggal di gang becek, atau di lorong-lorong daerah langganan banjir. Bukti sudah ada. Tengok musibah banjir besar Februari 2002 lalu, dampaknya bikin ngenes dan nakutin banget. Sebab, tercatat ada 400.000-an warganya sempat mendapat perawatan di posko kesehatan. Dari jumlah itu ada sekitar 570 orang mendapat perawatan intensif di 12 rumah sakit, gara-gara kena penyakit muntah-muntah berak-berak. Musibah makin nyakitin lagi, karena setelah air genangan dan banjir mengering, muncul lagi penyakit gara-gara kencingnya tikus. Air seni binatang mengerat itu, rupanya membawa bakteri leptospira dan mematikan puluhan warga naas. Soal kerugian material yang diderita warga korban banjir, jangan ditanya berapa duitnya. Yang jelas Pemprov DKI Jakarta harus mengeluarkan duit sampai Rp 200-an miliar, sebagai akibat terendamnya Jakarta sekitar 10 hari. Kejadian itu seharusnya bikin Gubernur Sutiyoso sadar, kalau sudah bulan "ber-ber" sebaiknya waspada. Sebab kalau hujan turun, artinya sebagian kota ini akan terendam air genangan dan air banjir. Kalau Jakarta sudah banjir, Bang Yos dengan stafnya pasti dibuat repot terkepot-kepot. Sebab dampak banjir ini bukan soal main-main. Sebab, seusai banjir besar 2002, Bang Yos yang terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta 2002-2007, sempat ngotot menyatakan "tidak akan mundur menghadapi class action dari 29 lembaga swadaya masyarakat (LSM)". Untung class action itu macet dan Bang Yos pun menang. Nah, selama itu pula setiap awal musim hujan, Dinas PU DKI Jakarta bekerja rutin mengeduk got, kali, dan sungai dalam kota. Malah hari Kamis (2/12) lalu, Komisi D DPRD DKI Jakarta barengan sama Dinas PU, bikin trip ninjau-ninjau ke beberapa pintu air. Hasilnya menemukan sarana pencegahan banjir belum siap, bahkan banyak yang rusak. Hasil konkret lainnya, hanyalah wacana alias bahan omongan khas pejabat saja. Katanya "untuk melihat-lihat dulu sebelum menentukan kebijakan". Entah gimana laporan orang Dinas PU itu ke Bang Yos ya, mengingat musim hujan sudah "ber-ber", sementara sarana kerja ini-itu banyak yang rusak. Sudah siap apa belum? Siap tidak siap, siap-siaplah tergenang. Tenang! (BD) Post Date : 04 Desember 2004 |