|
DEPOK (Media): Menghadapi musim hujan 2004, Pemerintah Kota (Pemkot) Depok mulai mendirikan posko banjir yang lengkap dengan peralatannya. Setidaknya, setiap posko dilengkapi dengan peralatan minimal untuk penanggulangan banjir. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Depok Yayan Arianto menegaskan hal itu di Depok, kemarin. Berbicara kepada Media, Yayan menegaskan para petugas SAR di lapangan harus memiliki kesiapan prima agar bisa langsung dimanfaatkan dalam tugas penanggulangan bencana alam. Menurut Yayan, genangan banjir di Kota Depok memang relatif masih buruk. Salah satu sebab adalah kurangnya perhatian masyarakat untuk memperbaiki lingkungan tempat tinggalnya. Sesuai dengan data dari Badan Meteorologi dan Geofisika, musim hujan untuk daerah Kota Depok dan Jakarta Selatan terjadi pada akhir Oktober. Curah hujan paling tertinggi terjadi Desember. ''Untuk menghadapi musim banjir tahun ini, 16 juru air dari Dinas Pekerjaan Umum disiagakan untuk memantau banjir di enam kecamatan di wilayah Kota Depok dan melakukan pemasangan kawat dan karung berisi tanah untuk mengantisipasi terjadinya longsor,'' katanya. Selain itu, Pemkot Depok mengimbau kepada masyarakat perumahan melalui lurah untuk peduli lingkungan. Sebab, terjadinya genangan di permukiman karena kurangnya perhatian masyarakat. Pada 2002, sebanyak 54 lokasi di wilayah Kota Depok terendam air dengan ketinggian air antara 1 meter hingga 1,6 meter. Paling tinggi terjadi di Perumahan Bumi Sawangan Indah (BSI) Kecamatan Sawangan seluas tiga hektare mencapai satu meter. Stasiun Pondok Cina, Kecamatan Beji seluas dua hektare, setinggi 0,5 meter. Perumahan Bukit Cengkeh, Kecamatan Cimanggis setinggi 1,5 meter. Perumahan Taman Duta seluas 3,5 hektare setinggi 1,6 meter. Menurut Yayan, untuk memperbaiki kawasan yang rusak dibutuhkan dana yang sangat besar. Berdasarkan hasil rapat Forum Koordinasi Pembangunan Masyarakat (FKPM) Kota Depok dengan Pemerintah Kota Depok, biaya untuk perbaikan kerusakan wilayah yang ditimbulkan banjir sekitar Rp 209,8 miliar. Rinciannya untuk membiayai penurapan penanggulangan dan penanggulangan banjir sebesar Rp70, 9 miliar, normalisasi dan pengerukan sebesar Rp74,25 miliar, rehabilitasi jalan sebesar Rp41,05 miliar. Selain itu, pembuatan saluran irigasi menelan biaya sebesar Rp10,7 miliar, rehabilitasi bangunan irigasi sebesar Rp8,2 miliar, pembuatan bangunan irigasi sebesar Rp2,9 miliar dan pengadaan sarana dan prasarana penunjang sebesar Rp800 juta. (KG/J-2) Post Date : 11 Oktober 2004 |