|
Jakarta, Kompas - Setiap hari sebanyak 80 meter kubik sampah dari Jakarta Timur tidak terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir Bantar Gebang, Bekasi. Akibatnya, sampah yang tidak terangkut setiap hari makin menumpuk di tempat pembuangan sementara atau di rumah-rumah warga. Adanya sampah yang tidak tertanggulangi itu diakibatkan panjangnya antrean truk sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang dan kondisi lalu lintas yang padat. Menurut Wali Kota Jakarta Timur Koesnan Abdul Halim, Rabu (5/12), setiap truk sampah yang mengangkut sampah ke TPA Bantar Gebang butuh waktu 12 jam perjalanan pergi pulang. Ia juga mengatakan, pemerintah sudah mencoba membuka tempat penampungan sementara (TPS), tetapi ternyata tidak mudah mendapatkan lahan untuk sampah. "Jumlah TPS sebanyak 125 di Jakarta Timur sudah tidak mencukupi lagi," kata Koesnan. Di sisi lain, jumlah petugas kebersihan di Jakarta Timur masih sangat kurang. Rasio jumlah petugas dengan jumlah penduduk sekitar 1 : 500. "Sudah waktunya masyarakat berpartisipasi ikut mengolah sampah dengan memilah sampah dan memanfaatkannya menjadi sesuatu yang berguna dan bernilai ekonomis. Jika tidak demikian, wajah Jakarta Timur akan buruk dan tidak nyaman lagi untuk dihuni," kata Koesnan. Sebagai catatan, pada tahun 2007 Jakarta Timur menduduki urutan kelima dalam perolehan Adipura. Koesnan menuturkan, total volume sampah per hari di Kota Jakarta Timur mencapai 6.343 meter kubik. Sementara jumlah sampah yang tertanggulangi sebanyak 6.263 meter kubik. Volume sampah terbanyak berasal dari rumah tangga yang mencapai 52,97 persen, kemudian sampah perkantoran sebanyak 27,35 persen. "Kesadaran masyarakat untuk memilah sampah organik dan non-organik juga masih rendah. Tidak adanya pemilahan ini memperpanjang waktu pengolahan sampah," ujarnya. Dengan banyaknya sampah yang tidak tertanggulangi, pengolahan sampah secara intensif tidak bisa ditawar lagi. (ARN) Post Date : 06 Desember 2007 |