Tri Ismawati, seorang ibu rumah tangga yang beralamat di Warakas V Gang 22 No 18 Kelurahan Papanggo, Kecamatan Sungai Bambu, Tanjung Priok, Jakarta Utara, bisa dikatakan sudah sangat mafhum dengan persoalan mendapatkan air bersih di Jakarta.
Sejak 10 tahun terakhir, kebutuhan air bersih keluarganya dipenuhi dengan cara membeli.
“Sebenarnya saya berlangganan PAM, tapi airnya sangat kotor sehingga perlu diendapkan satu hari dulu apabila mau digunakan. Tetapi saya tidak berani minum air tersebut,” ujarnya. Akhirnya air ledeng ini digunakan untuk keperluan lain, seperti mencuci atau mandi.
Tri menyatakan dia terpaksa membeli air dari tetangganya yang memunyai fasilitas ledeng setiap dua hari sekali. Jika sangat terpaksa, dia harus membeli dari penjual air sebanyak satu gerobak yang berisi delapan jerigen.
Setiap bulan Tri harus membayar tetangganya sebesar 150 ribu rupiah. Air yang ia beli dengan harga tinggi tersebut mampu bertahan selama dua hari.
Jika dia membeli dari pedagang air, Tri harus mengeluarkan empat ribu rupiah per jerigen. Paling tidak, selama sebulan, dia harus menyisihkan sekitar 500 ribu rupiah untuk membeli air dalam jerigen. Itu semua belum cukup.
Untuk keperluan masak dan minum, Tri dan keluarganya membutuhkan air mineral galon yang harganya sembilan ribu rupiah per galon.
Dalam sebulan, paling tidak Tri membutuhkan empat galon air mineral. Untuk semua keperluan air bersih itu, Tri menghabiskan hampir setengah dari gajinya yang hanya 1,2 juta rupiah per bulan.
Pengalaman yang hampir sama juga dialami oleh Lili Marwati. Ibu rumah tangga yang tinggal di Jalan Hayam Wuruk, Kelurahan Maphar, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat, ini sebenarnya juga sudah memiliki fasilitas ledeng. ”Tapi tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari, keluarnya hanya setetes-setetes,” ujarnya.
Kalau air ledeng tidak keluar sama sekali, pedagang kue di pasar Bulan, Jakarta Barat, ini terpaksa membeli air gerobak dengan harga 15 ribu rupiah per gerobak isi delapan jerigen. Satu gerobak air tersebut dipakainya dalam satu hari untuk kebutuhan mencuci pakaian, piring, gelas, serta alat-alat masak biasa maupun panggangan kue.
Untuk memenuhi kebutuhan air keluarganya yang terdiri dari suami dan tiga anaknya, Lili bisa menghabiskan 450 ribu rupiah per bulan. Padahal keuntungan hasil dagang kue selama sebulan yang dia jalani sebagai profesinya hanya 1 juta rupiah per bulan.
Wardi, warga Kelurahan Tugu, Kecamatan Cilicing, Jakarta Utara, menyatakan untuk bisa memenuhi kebutuhan air keluarganya, dia harus membeli lima jerigen setiap hari. Satu jerigen harganya 2 ribu rupiah.
Secercah harapan muncul di benak Wardi dan keluarganya ketika PT Aetra Air Jakarta (Aetra), perusahaan yang menggantikan PT Thames PAM Jaya, meresmikan pemakaian booster pump beberapa waktu lalu.
Pengoperasian booster pump di Kelurahan Tugu, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, itu bisa membebaskan ratusan ribu warga dari kesulitan pengadaan air bersih selama beberapa tahun ini. “Sekarang saya bisa menghemat banyak sekali setelah ini,” ujar Wardi sambil tersenyum. (not/L-4)
Post Date : 29 September 2009
|