Seruak Dingin Akibatkan Banjir di Jakarta

Sumber:Suara Pembaruan - 10 Desember 2007
Kategori:Banjir di Jakarta
[NUSA DUA] Fenomena banjir yang terjadi di Kota Jakarta akhir-akhir ini diakibatkan oleh kuatnya potensi penguapan di daerah sebelah barat Provinsi Banten. Penguapan yang tinggi ini diakibatkan oleh tingginya suhu permukaan laut di sebelah barat daya Indonesia, yaitu sekitar 28 - 29 derajat Celsius dan masa aktif MJO (Madden Julian Oscillation).

Ahli Meteorologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Edvin Aldrian, saat ditemui SP di sela-sela Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Perubahan Iklim, di Nusa Dua, Bali, akhir pekan lalu mengatakan, besarnya penguapan itu dibantu oleh adanya angin seruak dingin dari Siberia dan melewati Laut Cina Selatan yang menambah kuat suplai uap air di wilayah Banten dan Teluk Jakarta.

"Akibat posisi orografis Teluk Jakarta di mana terdapat bukit di Cilegon dan tiga gunung di selatan Jakarta atau Teluk Jakarta, maka akibat aliran udara yang mengarah tepat ke selatan akan mengakibatkan hujan di malam hari," ujar Edvin.

Menurut dia, kejadian banjir kali ini sebenarnya mirip dengan banjir di Jakarta awal Februari 2007. Seruak dingin atau cold surge adalah fenomena umum yang terjadi di musim penghujan Indonesia yang berupa angin dingin dan kering yang mengalir dari Siberia menuju Asia Tenggara melalui Hong Kong dan Laut Cina Selatan.

Edvin menerangkan, saat menyeberang equator, seruak dingin ini akan berbelok akibat gaya koriolis bumi ke arah timur. Pada puncak musim hujan seperti saat ini dan di awal Februari perbelokannya tepat di daerah Banten dan Jawa Barat yang berpotensi memberikan curah hujan tinggi apabila kejadiannya bersamaan dengan MJO aktif.

MJO adalah fenomena osilasi cuaca yang membawa akibat curah hujan tinggi pada selang waktu antara dua minggu hingga 90 hari. Dikatakan, tanggal 1 Desember, MJO berada pada posisi aktif. Akibat dari kombinasi seruak dingin yang mengarah ke selatan dan MJO aktif memberikan angin pengangkatan air di daerah teluk Jakarta dan suplai uap air tinggi akibat fase aktif MJO.

Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan Meteorologi dan Geofisika, Mezak Ratag, mengatakan, selain faktor seruak dingin itu, badai La Nina juga secara tidak langsung memberikan kontribusi air hujan di wilayah Indonesia. "Saat ini suhu air di Samudera Pasifik turun dua derajat akibat terjadi tekanan tinggi yang kemudian mengalir ke kawasan Asia dan akan berakhir di sekitar wilayah Australia," ujarnya. [E-7]



Post Date : 10 Desember 2007