|
Lima pekan sudah sampah tidak diangkut dan menumpuk di hampir semua TPS Kota Bandung. Dampak dari sampah yang kian menggunung kini dikeluhkan warga, terutama warga yang tinggal di sekitar tempat pembuangan sementara (TPS). Mereka merasa terganggu dengan banyaknya lalat yang berseliweran di rumah tinggal masing-masing, selain cemaran air lindi dan bau sampah yang membuat pusing. Bahkan, lingkungan sekitar kita diserbu belatung, kata Yuni (37), warga RT 5/RW 7 Kel. Lebak Siliwangi Kec. Coblong Kota Bandung, yang rumahnya hanya berjarak 10 meter dari TPS Tamansari. Ia menambahkan, meski sudah dipasangi tanda agar tidak membuang sampah ke TPS Tamansari, masih ada warga yang tetap membuang sampah. Ia berpendapat, sebaiknya ada penjagaan dari warga masyarakat sekitar. Namun, Yuni ingin lebih dari sekadar penjagaan. Saya mah enggak pengen sampah dijaga, tapi diangkut. Selain itu, petugas parkir BNI Tamansari, Atin (46), mengaku dirinya kerap melihat banyaknya nasabah yang muntah karena menghirup bau sampah ketika hendak ke luar bank. Ya, apalagi kalau anginnya bertiup kencang ke arah bank. ucapnya. Dari pengamatan PR, selain makin menumpuknya sampah di TPS-TPS di Kota Bandung, warga pun kian kesulitan mencari tempat pembuangan. Di Kel. Dago sepanjang Jln. Ir. H. Juanda, warga terpaksa membuang sampah ke median jalan yang seharusnya berfungsi sebagai jalur hijau. Keluhan yang sama juga diungkapkan warga di sekitar TPS Jln. Puter, TPS Jln. Babakan Sari Kiaracondong, TPS Sukapura Jln. PSM Kiaracondong, TPS Jln. Raya Ujungberung, TPS Jln. Pacuan Kuda Arcamanik, TPS Jln. Peta, TPS Jln. Terusan Pasteur, dan TPS Sarijadi. Saya sudah tiga minggu batuk-batuk, istri saya juga minggu lalu kena muntaber selama tiga hari. Lalat hijau juga masuk ke dalam rumah, kalau malam juga banyak tikus keluar dari tumpukan sampah, ujar Kamali (66), warga Jln. Peta No. 48 Rt 03 RW 01 Pelindung Hewan Kec Astanaanyar. Kamali dan delapan anggota keluarganya tinggal tepat di samping TPS Jln. Peta. Saat ini tumpukan sampah sudah melebihi ketinggian atap rumahnya sehingga jika angin bertiup kencang, sampah-sampah itu masuk hingga ke ruang keluarga. Keluhan serupa dikemukakan sejumlah siswa SD Babakan Sentral I, II, III dan IV yang ditemui saat hendak masuk sekolah. Saya kadang suka malas datang ke sekolah karena nggak kuat bau sampah. Kalau lama-lama di sekolah juga langsung pusing, makanya sejak kemarin saya bawa saputangan, ujar Ika, salah seorang murid di SD tersebut. Sekolah ini tepat berada di depan TPS Sukapura Jln. PSM Kiaracondong. Di sekitar TPS juga terdapat sebuah taman kanak-kanak dan SD Babakan Sukapura I, II, III, dan IV. Sampah meluber hingga ke jalan dan ribuan lalat terbang di sekitar sekolah serta menghinggapi jajanan anak-anak. Warga di sekitar TPS Jln. Puter pun mengatakan bau sampah yang menggunung telah mengganggu kenyamanan mereka. Apalagi air lindi dari tumpukan sampah itu menggenangi jalan raya yang setiap hari mereka lalui. Meski kondisinya sudah menggunung, TPS ini tetap menerima tambahan sampah dari para pengangkut gerobak dorong. Habis kalau tidak diangkut dari rumah-rumah, warga nantinya komplain, ujar Aan, seorang pengangkut gerobak sampah. Kondisi serupa tampak di sekitar TPS Sarijadi yang berhadapan dengan sejumlah sekolah dasar. Bau harum minyak sereh yang disemprotkan petugas Dinas Kesehatan Kota Bandung hanya bertahan selama satu hari dan selanjutnya bau sampah kembali menyengat. Di beberapa TPS yang sampahnya sudah dimasukkan dalam karung seperti di TPS Babakan Sari dan TPS Arcamanik, bau sampah tidak terlalu menyengat. Namun, tetap saja keberadaan sampah selama 27 hari mengundang kedatangan lalat, belatung dan tikus. (A-131/A-157/A-158/A-159) Post Date : 12 Mei 2006 |