|
SERANG (Media): Banjir kembali melanda sebagian wilayah Kabupaten Serang, Banten, setelah diguyur hujan deras sejak Minggu (7/3). Ribuan rumah penduduk terendam air hingga sekitar satu meter. Dari pantauan Media, kemarin, daerah yang paling parah terkena banjir adalah di Kecamatan Serang, Cipocok Jaya, dan Kecamatan Ciruas. Di Kecamatan Serang daerah terendam antara lain Kelurahan Magarsari, Benggala Kubang, Perumahan Bumi Agung Permai, di Kecamatan Cipocok Jaya yang terkena banjir antara lain Perumahan Citra Gading, dan Perumahan Ciruas Permai di Kecamatan Ciruas. Warga yang rumahnya terendam terpaksa memindahkan harta benda mereka ke atap rumah. Antara lain, barang-barang elektronik, kasur dan kursi. Banjir juga meggenangi sejumlah jalan raya, seperti Jalan Jenderal Sudirman, Jalan KH Abdul Hadi, Jalan Bakri Semaun, dan Jalan Ahmad Yani. Sejumlah mobil jenis sedan dan sepeda motor yang terjebak banjir mogok di tengah genangan air. Menurut warga, air mulai masuk ke rumah mereka Minggu malam setelah hujan deras sejak sore. ''Hari Minggu kemarin, hujan mulai turun sekitar pukul 17.00. Waktu itu air baru sebatas mata kaki. Minggu tengah malam air sudah sebatas pinggang,'' tutur Darwin, 43, warga Perumahan Bumi Agung Permai. Sebagian besar warga yang sedang tertidur pulas terpaksa bangun dan bekerja keras menyelamatkan harta benda mereka. Peralatan elektronik dan kendaraan langsung dibawa ke tempat yang lebih aman. ''Rumah saya kosong, istri dan anak sudah saya ungsikan ke tempat mertua," tutur Ilaika, 27, warga Perumahan Citra Gading. Dia memperkirakan sekitar 300 rumah terendam di kawasan permukiman itu. Banjir di Kelurahan Magarsari dan Benggala Kubang terjadi akibat meluapnya Kali Banten. Menurut sejumlah warga, bencana tersebut terjadi dini hari kemarin, setelah hujan lebat mengguyur daerah tersebut sejak tengah malam. Banjir juga memorak-porandakan ratusan rumah, terutama rumah yang berlokasi di bantaran Kali Banten. Arus banjir yang kuat itu menjebol jendela dan tembok tiga rumah warga Kelurahan Magarsari, apalagi air juga membawa serta sampah dan kayu. ''Kalau tidak disertai ada kayu, banjir tidak sampai menghancurkan bangunan ini,'' ujar warga setempat. Menurut warga, jarak waktu sejak air masuk rumah sampai merendam semua barang hanya sekitar 10 menit. ''Kami langsung bergegas keluar tanpa sempat menyelamatkan barang-barang,'' kata Izul, 34, warga Kelurahan Magarsari. Terseret arus Sementara itu, lima warga Desa Penanggulan, Kecamatan Pegandon, Kendal, Jawa Tengah (Jateng) terseret arus sungai ketika melakukan arung jeram menggunakan ban truk di Sungai Bodri. Dari lima orang itu, satu di antaranya tewas, satu belum ditemukan, dan tiga lainnya selamat. Korban tewas adalah Sahid, 20, dan yang belum ditemukan bernama Kholif. Keterangan yang diperoleh di tempat kejadian perkara dan Polres Kendal menyebutkan, pada Sabtu (6/3), korban bersama tiga rekannya, yaitu Mujiyat, 22, Abdulrosyid alias Abdulwahid, 20, dan Ali Musta'an, 20, mencoba melakukan arung jeram menggunakan tiga ban truk mengikuti arus Sungai Bodri dari bagian hulu di Dukuh Kersan, Desa Tegorejo, Kecamatan Pegandon. Ketika arus sungai di hulu masih tenang, mereka dapat menikmati suasana arung jeram. Namun, ketika berada di sekitar jembatan Sungai Bodri, tiba-tiba lima pemuda tersebut terlepas dari ban truk yang mereka tumpangi. Mujiat, Abdulrosyid alias Abdulwahid, dan Ali Musta'an berhasil menyelamatkan diri dengan berenang ke tepi sungai, sementara dua rekannya terus terseret arus air. Tim Search and Rescue (SAR) yang langsung melakukan pencarian dengan menggunakan empat perahu karet baru menemukan Sahid pada Minggu petang di aliran sungai wilayah Desa Taman Gede, Kecamatan Gemuh, Kendal. Sementara itu, Kholif, hingga berita ini diturunkan belum ditemukan. Menurut tiga pemuda yang selamat, mereka semula hanya ingin mencoba menikmati arung jeram, meskipun tidak mengetahui teknik dan medan yang bakal dilalui. ''Kami bermain arung jeram karena ajakan kawan-kawan,'' kata Ali Musta'an di rumahnya. (BV/AS/N-2) Post Date : 09 Maret 2004 |