Sepekan Cieunteung Terendam

Sumber:Koran Sindo - 15 September 2010
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

BANDUNG(SINDO) – Hingga kemarin,tujuh hari sudah Kampung Cieunteung di Kelurahan/Kecamatan Baleendah dan Kelurahan Andir,Baleendah, Kabupaten Bandung,disergap banjir.Jumlah korban banjir di Baleendah mencapai 1.457 kepala keluarga (KK) atau 7.862 jiwa.

Sementara itu,korban banjir yang mengungsi ke aula Sekretariat DPC PDI Perjuangan hingga kemarin pun terus bertambah menjadi 35 KK atau 104 jiwa. Di Kelurahan Baleendah dan Kelurahan Andir,total 2.210 rumah terendam. Tiga sekolah, 25 tempat ibadah, dan 47 hektare (ha) sawah tak luput dari terjangan banjir. Salah satu korban banjir di Kampung Cieunteung RT01/20, Kasmi, 38, mengaku sangat menderita. Sejak Rabu (8/9), rumahnya terendam air dengan ketinggian 1,5 meter.Dia hanya membawa tiga potong pakaian dan selimut yang sempat diselamatkan.

”Ketinggian air di luar rumah saya saja mencapai dagu,” kata Kasmi saat ditemui di lokasi pengungsian, kemarin. Sama seperti ribuan korban banjir lainnya,Kasmi dan keluarga terpaksa merayakan Lebaran pada Jumat (10/9) lalu di tengah sergapan banjir. Kasmi hanya berharap hujan berhenti dan banjir segera surut. ”Saya tidak akan pulang ke rumah jika hujan belum benar-benar selesai. Takut tiba-tiba banjir lagi,” tuturnya. Dia juga berharap pemerintah bisa segera mencari solusi jitu agar kampungnya tidak lagi menjadi langganan banjir luapan Sungai Citarum. Camat Baleendah Usman Sayogi mengatakan,banjir yang melanda Kampung Cieunteng bersifat permanen karena sangat lama surutnya. ”Berbeda dengan di Andir yang bersifat temporer. Kalau di Andir, dalam waktu empat jam banjir sudah bisa surut lagi,” jelas Usman.

Sementara itu, ketinggian air terdalam yang merendam rumahrumah di Cieunteung,kemarin masih mencapai lebih dari satu meter. Sementara di Jalan Mekarsari yang merupakan jalan akses ke kampung itu,titik terdalam ketinggian air masih mencapai satu meter. Sementara itu,Baraya Citarum dan Cisangkuy (B2C2) menitipkan sekantong uang logam atau recehan kepada Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan yang kemarin meninjau lokasi banjir di Kampung Cieunteung. Jumlah total uang logam yang diberikan kepada Gubernur Heryawan senilai total Rp1.130.000.

 ”Kami titipkan uang logam ini. Semoga saja bisa membantu mempercepat proses perbaikan aliran Sungai Citarum dan Cisangkuy.Ya, minimal untuk ongkos ke Jakarta,” kata Hedi,Ketua B2C2,sambil menyerahkan kantung koin kepada Heryawan. Kantung berisi koin diserahkan sesaat sebelum Heryawaan menaiki perahu untuk melakukan peninjauan ke lokasi banjir. Menurut Hedi, normalisasi daerah aliran sungai (DAS) Cisangkuy dan Citarum merupakan persoalan nasional yang penyelesaiannya harus dilakukan pemerintah pusat bersama Pemprov Jabar.

Hedi menambahkan,dengan pemberian uang logam itu, masyarakat berharap pemerintah segera melakukan perbaikan serta penanganan banjir yang selalu membayangi masyarakat di sepanjang aliran sungai. Hedi mengaku uang logam tersebut didapat dari kegiatan pengumpulan oleh masyarakat korban banjir di Dayeuhkolot dan Baleendah sejak awal 2010.Dalam kesempatan itu, dia mendesak Pemprov Jabar segera mengambil langkah-langkah strategis guna menekan pemerintah pusat untuk segera melakukan perbaikan di wilayah kedua sungai tersebut.

Sementara itu, usai melakukan peninjauan, Heryawan menanggapi aksi warga yang mengumpulkan dan menyerahkan uang koin sebagai bentuk dorongan dan semangat dari masyarakat agar Pemprov Jabar berusaha keras mendorong pemerintah pusat segera menyelesaikan masalah di DAS Citarum.”Saya melihat,penyerahan koin ini sebagai dorongan semangat bagi kami.Memang kami telah melakukan komunikasi bersama Menkokesra. Namun, masalah ini harus diselesaikan dengan berbagai pihak lainnya”jelas Heryawan. Menurut dia,di APBN 2010 atau di APBN Perubahan, belum terdapat anggaran untuk perbaikan Sungai Citarum.

Heryawan berharap pada 2011 nanti tercantum alokasi untuk penyelesaian Sungai Citarum dalam APBN. ”Anggaran yang diperlukan untuk pengerukan saja mencapai Rp125 miliar. Itu untuk Citarum induk saja mulai Sapan,Kecamatan Solokanjeruk, Kabupaten Bandung, ke wilayah Curug Jompong, Kecamatan Margaasih sepanjang 30 kilometer. Itu baru kawasan hulu. Belum kawasan lainnya,” papar Heryawan. Selain Citarum induk, masih terdapat sembilan anak sungai lainnya yang harus dinormalisasi. Kegiatan konservasi serta penataan kondisi sungai lainnya dipastikan bakal menelan biaya yang cukup tinggi. Tentang relokasi warga Cieunteung, gubernur mengatakan, permasalahan itu harus berdasar pada kemauan masyarakat setempat dan dikomunikasikan bersama Pemkab Bandung.

”Relokasi itu sebuah pilihan.Kesiapan tempat dan lokasinya harus berdasar pada penyediaan lahan dari Pemkab Bandung. Ini akan kami putuskan segera dan telah dikoordinasikan dengan pemerintah pusat,”janjinya. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar Sigit Udjwalaprana menyatakan, berbagai perbaikan, rehabilitasi, maupun relokasi masyarakat korban bencana menjadi tugas berat pihaknya. ”Masyarakat Cieunteung dan Legokhayam Kecamatan Cilengkrang memang perlu segera direlokasi.

Tapi ini harus dibicarakan bersama Pemkab Bandung. Kami segera tanggulangi dengan pendanaan dari pemerintah pusat berdasar pengkajian pihak lainnya,”ujar Sigit. (iwa ahmad sugriwa)



Post Date : 15 September 2010