|
Jakarta, Kompas - Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia bekerja sama dengan Solo Heritage Society dan Pemerintah Kabupaten Kediri akan menyelenggarakan seminar "Air sebagai Sumber Orientasi Seni Budaya" di Kediri, Jawa Timur, 21-22 Mei 2004. Seminar yang diikuti kalangan seniman, akademisi, manajemen seni serta instansi pemerintah terkait ini diikuti dengan lokakarya program MSPI serta gelar seni sejumlah lokasi di sekitar Sungai Brantas. Direktur Eksekutif MSPI Tommy F Awuy menjelaskan, Selasa (18/5), tema "air" dipilih karena kesadaran masyarakat akan berkah air yang melimpah di alam belakangan ini semakin memudar. "Kesadaran terhadap pemeliharaan alam harus digalakkan karena hilangnya sumber air dengan sendirinya mendorong kerusakan ekosistem alam yang akan berdampak besar pada pola kehidupan manusia," papar Tommy. Di Jakarta, misalnya, air hanya semata-mata dianggap sebagai bencana atau sebagai berkah. Masyarakat dan pemerintah hanya sebatas mencari upaya penanggulangan terhadap bencana yang diakibatkan. Tetapi, air sebagai isu lingkungan sendiri nyaris diabaikan. Dalam kaitan dengan kesenian, Tommy mensinyalir, karya- karya seni kontemporer juga nyaris tidak pernah bersentuhan dengan wacana lingkungan khususnya air. "Tidak ada concern dari kalangan pekerja seni terhadap air, padahal pada masa lalu masyarakat kita akrab sekali dengan air," ujar Tommy. Sejumlah pembicara akan tampil dalam seminar dua hari ini, di antaranya Prof Dr Mundardjito (Konsep Air dalam Arkeologi), Dr Sal Murgiyanto (Pesta Air, Wujud, Maksud dan Makna), Dr Lono Simatupang (Merawat, Menumbuhkan dan Mengembangkan Seni Pertunjukan Indonesia), Prof Dr Timbul Haryono MSc (Ruang Arsitektur: Sejarah Munculnya Seni Pertunjukan), Drs Soedarmono SU (Air dan Kesadaran Sosial). Bertindak sebagai pembicara kunci adalah budayawan Sardono W Kusumo. (asa) Post Date : 19 Mei 2004 |