Sembilan Kelurahan MCK di Sungai

Sumber:Koran Sindo - 22 September 2010
Kategori:Sanitasi

MALANG(SINDO) – Menyandang status sebagai kota besar,yang menjadi tujuan bagi para kaum urban,membuat Kota Malang menghadapi problematika sanitasi cukup parah.

Ribuan warga di sembilan kelurahan menggunakan sungai sebagai sarana mandi, cuci, dan kakus (MCK) karena padatnya jumlah penduduk. Perbandingan jumlah penduduk dengan jumlah permukiman yang tidak seimbang membuat sebagian besar kaum urban memanfaatkan lahan kosong di sekitar daerah aliran sungai (DAS) sebagai tempat tinggal. Kawasan ini juga menjadi sumber utama memenuhi kebutuhan hidup mereka.Ini mulai dari kegiatan mandi, mencuci, maupun kakus. Kondisi ini membuat kawasan DAS di wilayah Kota Malang mencapai sebanyak lima DAS,yakni DAS Brantas,Amprong, Metro, Bango, dan Sukun berubah menjadi WC umum terbuka dan terpanjang.

Kabid Tata Kota Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Malang Erik Santoso menuturkan, berdasarkan hasil survei yang dilaksanakan pada 2009,tercatat ada 15% atau sekitar 9 dari 57 kelurahan di Kota Malang yang warganya masih menggunakan sungai sebagai MCK.Kelurahan tersebut tersebar di lima kecamatan dan kondisinya sudah terjadi sejak turun-temurun. Karena itu, hal ini sudah menjadi kebiasaan bagi warga masyarakat yang tinggal di kawasan DAS. “Mereka rata-rata mengaku memakai sungai sebagai MCK karena kebiasaan tersebut sudah dibangun dari leluhurnya. Jadi, penanganannya tidak bisa parsial dengan hanya menyediakan MCK umum,”tuturnya.

Dibutuhkan perubahan nonstruktural, yakni melakukan perubahan kebiasaan masyarakat. Ini agar mereka memiliki kesadaran untuk beralih dari kebiasaan menggunakan sungai sebagai MCK ke MCK umum.Saat ini sudah disiapkan desain strategi sanitasi kota (SSK),yang mengatur tentang limbah, sampah,dan drainase kota. Sebab, ketiganya saling berkaitan erat. Bahkan, saat ini Kota Malang mendapat gelontoran dana segar dari pemerintah pusat yang nilainya sekitar Rp600 miliar.Anggaran prestisius tersebut hanya akan digunakan untuk pembenahan sanitasi dan penanganan limbah dan disalurkan secara bertahap hingga 2015.

“Pemberian anggaran ini bertujuan untuk menyukseskan program pemerintah untuk membangun kualitas lingkungan hidup, khususnya terkait sanitasi dan penanganan limbah, dengan target pencapaian Millenium Development Goalls (MDGs) pada 2015,”paparnya. Dana bantuan ini nantinya digunakan untuk kegiatan non fisik dan fisik. Untuk program non fisik antara lain penguatan kelembagaan dan perubahan perilaku masyarakat. Khusus untuk perubahan perilaku, akan lebih difokuskan agar masyarakat tidak lagi menggunakan sungai sebagai tempat MCK. Selain program nonfisik, anggaran juga akan digunakan untuk pembangunan fisik seperti halnya pembuatan drainase untuk mengatasi banjir kota,MCK komunal untuk permukiman padat, dan saluran terpadu air limbah rumah tangga.

“ Selama ini septic tankdan pembuangan air limbah rumah tangga dibuat sendiri oleh masing-masing keluarga.Rencananya,nanti saluran pembuangan air limbah akan dijadikan satu dan diolah dalam satu titik saja,”urainya. Program tersebut sudah dimulai dengan kegiatan awal pelaksanaan studi kelayakan terhadap Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang dan pembuatan master plan air limbah dan sanitasi.Pelaksanaan program pembangunan sanitasi dan saluran pembuangan limbah tersebut akan lebih difokuskan di wilayah Kota Malang Timur dan Tenggara.Tepatnya, yang berada di wilayah Kecamatan Kedungkandang karena dinilai kondisi sanitasinya masih belum ramah lingkungan.

Kepala Unit Pelaksana teknis (UPT) Pengolahan Sampah dan Limbah Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Malang Agus Gunarto mengungkapkan, buruknya sanitasi dapat mengganggu kesehatan manusia. Sebab, air yang dikonsumsinya tercemar.“Menurut hasil penelitian, pencemaran bakteri ecoli dalam air dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti halnya serangan stroke. Dalam satu gram kotoran manusia, mengandung sebanyak 1.000 bakteri ecoli,”paparnya. Mengantisipasi semakin tingginya tingkat pencemaran air bawah tanah dan sungai, solusi yang paling mutakhir adalah dengan pembuatan sistem sanitasi massal yang dibangun secara komunal dalam satu wilayah perkampungan.

Sistem sanitasi komunal tersebut, menurut yang baru saja mengikuti konferensi lingkungan hidup di India, adalah dengan meng-hubungkan seluruh saluran pembuangan limbah rumah tangga dan pengolahan limbahnya terpusat dalam satu titik. “Limbah rumah tangga yang bersifat cair harus masuk dalam saluran sanitasi komunal. Kemudian limbah ini diolah di dalam bak-bak penampung sebelum akhirnya air yang sudah bersih dialirkan secara bebas,”urainya. Sistem sanitasi bersama ini sudah dilaksanakan di sejumlah kelurahan di Kota Malang,terutama di wilayah perkampungan padat penduduk seperti Kelurahan Mergosono, Ciptomulyo,Samaan,dan Telogomas.

Pada 2010 ini juga ditargetkan akan kembali dibangun sanitasi komunaldiKelurahanBandung-rejosari, Samaan,Jatimulyo dan Mojolangu. Target pembangunannya lebih diarahkan untuk permukiman kumuh yang lebih rawan terhadap terjadinya pencemaran. (yuswantoro)



Post Date : 22 September 2010