Semarang Menuju Kota Bersih

Sumber:Suara Merdeka - 05 April 2005
Kategori:Sampah Luar Jakarta
SEBAGAI manusia yang melakukan berbagai kegiatan dan aktivitas setiap hari, dapat dipastikan akan selalu bersentuhan atau punya masalah dengan sampah. Sampah yang dimaksud di sini adalah sisa-sisa produksi dari apa yang kita lakukan setiap harinya, yang menurut anggapan kita sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi.

Pemerintah Kota Semarang tidak henti-hentinya mengajak seluruh warganya untuk menjaga kebersihan lingkungan demi terciptanya kota yang bersih, sehat, indah, hijau dan teduh.

Bekerja sama dengan New Exi Production dan didukung oleh Djarum 76, serta Suara Merdeka, terlaksanalah Program Resik-resik Kutha yang sudah dimulai pada Januari 2005 dan akan mencapai puncaknya pada Mei 2005, yang bertepatan dengan peringatan Hari Jadi Kota Semarang yang ke-458. Istimewanya, program ini selain ingin mewujudkan Semarang menjadi kota bersih, adalah akan diberikannya penghargaan bagi wilayah yang benar-benar dapat mewujudkan kebersihan lingkungannya di tingkat RW, kelurahan dan kecamatan.

Dari pantauan Tim Juri Resik-resik Kutha, yang terdiri dari berbagai unsur dan lembaga seperti Bapedalda, Dewan Evaluasi Kota (DEK), civitas akademika di Semarang (Undip dan Unika), Suara Merdeka, dan PKK, yang telah berkeliling hampir di seluruh wilayah Kota Semarang dalam kurun waktu kurang lebih 3 bulan ini, terlihat bahwa kesadaran dan tingkat kedisiplinan warga Kota Semarang dalam menjaga kebersihan lingkungan, menangani dan mengelola sampah serta memelihara selokan nampaknya masih kurang.

Penyediaan sarana dan prasarana kebersihan yang memadai sangat diperlukan karena oleh para pakar lingkungan, sampah tidak dianjurkan untuk dibakar penanganannya, tetapi diangkut ke TPS, selanjutnya ke TPA (Tempat Pembuangan Sampah Akhir) atau dibuang ke dalam lubang apabila tersedia lahan yang cukup luas, dengan dilakukan pemilahan sampah organik (sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering) untuk selanjutnya sampah organik dapat diolah menjadi kompos sedangkan sampah anorganik dapat didaur ulang.

Oleh karena itu, langkah ideal yang wajib kita lakukan bersama-sama dengan saling dukung antara warga masyarakat dan Pemerintah Kota Semarang untuk terwujudnya kebersihan dan optimalnya penanganan sampah di Kota Semarang menuju Semarang Kota Bersih adalah:

1. Bagi Warga Masyarakat:

a. Diperlukan proses pembentukan perilaku masyarakat.

Sedini mungkin harus ditanamkan pada masing-masing individu untuk dapat membudayakan hidup bersih. Diawali proses membiasakan membuang sampah pada tempatnya, seperti di tempat sampah, tong sampah, bak sampah. Dilarang keras membuang sampah di sembarang tempat, seperti di jalan, trotoar, selokan, lahan kosong, sungai.

Selanjutnya diharapkan bila kebiasaan itu dilakukan secara terus-menerus, bagi seorang individu akan terjadi perubahan perilaku dan bagi kelompok atau masyarakat akan terbentuk suatu budaya hidup bersih.

b. Sambil menunggu berhasilnya proses pembentukan perilaku hidup bersih tersebut, setiap warga masyarakat harus taat terhadap tata tertib kebersihan yang tertuang dalam Perda No 6 Tahun 1993 tentang Kebersihan.

2. Bagi Pemerintah Kota Semarang

a. Untuk mengurangi kendala yang terjadi di lapangan, Pemerintah Kota Semarang menyediakan sarana dan prasarana penunjang kebersihan yang memadai, berupa penambahan container yang ditempatkan di titik-titik lokasi TPS, penambahan armada (truk) sampah berikut tenaga kebersihannya, agar sampah di TPS dapat tertangani (diambil) dengan cepat untuk selanjutnya diangkut ke TPS.

b. Harus ada kepastian hukum terhadap mereka yang melanggar Perda No 6 Tahun 1993 tentang Kebersihan. Pemerintah Kota Semarang harus tegas dalam memberikan sangsi kepada para pelanggar perda kebersihan tersebut.

Apabila kedua poin di atas dapat dilaksanakan dan diwujudkan dalam bingkai kerja sama dan dukungan yang baik, antara warga masyarakat dan Pemerintah Kota Semarang, maka tidak mustahil Kota Semarang yang kita cintai bersama ini akan benar-benar menjadi Kota Yang Bersih. (73)



Post Date : 05 April 2005